Olelukh Arief Prihantoro
Interpretasi lukisan ini adalah seorang Raja Jawa bersama dengan istrinya sedang menyantap makanan mewah di depan istana yang megah, yang berada di bawah pengawasan “Eye of Providence” atau Mata Dewa Horus, mata pengawas kejahatan.
Mereka berdua menyantap makanan mewah dengan ketelanjangan kemewahan bisa dilihat dengan mata dan dikelilingi tikus-tikus koruptor di belakang istrinya serta di sisi kiri mereka. Sementara di sisi kanannya berjubel rakyatnya yang menderita karena kemiskinan sambil menadahkan tangan berharap sang Raja melemparkan sepotong makanan seperti halnya kalau dia melemparkan kaos-kaos kepada rakyat miskin saat dia melakukan kunjungan ke kantong-kantong wilayah masyarakat miskin.
Sembari menyantap makanan mewah, di belakang sang raja ada segerombol rakyat miskin yg beruntung masih bisa menikmati dubur sang Raja Jawa. Bisa menjilati tahi yang keluar dari dubur sang raja merupakan berkah bagi rakyat miskin ketimbang mereka mati kelaparan. Dubur sang raja yg mereka anggap seorang Santa tersebut dijilatin oleh para pemujanya yang menikmati dubur sang raja seperti kerasukan setan. Lidah para penjilat tsb terjulur panjang seperti lidah-lidah setan yang kelaparan.
Sementara di sisi kanan kiri para setan tersebut ada dua gerombolan rakyat yang teriak-teriak dengan tangan terkepal dan bawa parang untuk melakukan perlawanan baik kepada raja Jawa dan istrinya maupun kepada gerombolan setan kelaparan yg sedang berebut menjilati dubur sang raja.