Amil Harus Berani Melawan Arus

Oleh: Abu Daud

Pagi ini bergerak laju menuju kantor kembali berkhitmad untuk ummat. Banyak pekerjaan besar yang harus amil selesaikan. Pundak yang kuat juga harus disiapkan. Bukan tanpa alasan amil punya tugas yang sangat strategis. Posisi amil keberadaannya berbeda dengan yang lain. Amil dibutuhkan oleh zakat, sedangkan yang lain membutuhkan zakat.

Di tangan-tangan mereka, ada harapan banyak orang agar kemudian bisa membantu memenuhi sedikit kebutuhan hidup. Dengan kehadiran mereka, dapat memberikan harapan baru, bahwa ditengah kesulitan hidup masih ada yang peduli dengan kondisi mereka (dhuafa).

Perjalanan seorang amil tidaklah mudah, mereka harus berani mengambil jalan ini. Jalan yang penuh dengan tantangan, cibiran, bahkan pandangan sinis beberapa kalangan.

Tidak hanya itu, perjalanan yang mereka lalui kadang juga mendapatkan cobaan dari keluarga mereka sendiri. Pilihan yg mereka ambil sering diragukan. Mulai dari kepercayaan keluarga terhadap profesi amil, proses dalam pekerjaannya, kemudian sampai kepada hasil yang mereka terima. Memang kalau melihat dari salary yang mereka dapatkan tentu akan sulit untuk kemudian menjadi kaya secara materi.

Selanjutnya kalau melihat ke lapangan, amil kadang kerap kali dicap/dipersepsikan dengan pekerjaan meminta-minta, tukang amal, tukang kotak infaq, dan lain-lainnya, yang sering kali izzah ke-amilan-nya dipertanyakan. Saya juga meyakini pada saat-saat tertentu seorang amil kadang terbesit di hati mereka untuk berhenti dan menyerah saja dari pekerjaan amil-nya.

Kondisi semacam ini saya rasa hampir semua amil merasakan, baik di level paling atas sampai dengan paling bawah. Kondisi yang tidak meng-enakkan. Apalagi pada saat 5-10 tahun ke belakang, luar biasa sekali kondisinya. Alhamdulillah dalam kurun waktu beberapa tahun ini, profesi amil sudah mulai dirasakan kemuliaannya, tidak hanya bagi muzakki dan mustahik tapi juga bagi negara. Profesi amil juga sudah diakui oleh negara dengan adanya sertifikasi amil oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), tinggal bagaimana negara juga bisa perhatian pada kondisi para amilin seluruh penjuru nusantara.

Amil hadir dengan kerja-kerja nyata di lapangan untuk membantu program-program pemerintah dalam rangka pengentasan kemiskinan dan memenuhi standard sdg’s.

Di tengah kondisi yang disampaikan di atas, penulis melihat ada berbagai macam sikap yang akan diambil oleh para amil ketika dihadapkan posisi tersebut, berikut ulasannya:

#Menyerah pada kondisi

Tak perlu dipertanyakan, memang pekerjaan amil, bukanlah pekerjaan yang mudah. “Gaji” yang mereka dapatkan juga kecil dan hanya “cukup-cukup”. Jadi kondisi yang akan dihadapi oleh Amil seperti ini sudah biasa. Lihat saja, banyak yang keluar masuk lembaga dengan berbagai alasan yang kadang-kadang “klise”.

Dengan kondisi pekerjaan yang berat dan amanah yang besar disematkan kepadanya membuat beberapa amil ciut nyali. Beberapa kali menghadapi tantangan dari internal dan eksternal membuat mereka gamang untuk melanjutkan, kemudian ditambah dengan beberapa penawaran berasal dari perusahaan-perusahan besar membuat mereka “kabur”. Kondisi ini tidak masalah bagi lembaga, people come and go. Inilah barangkali seleksi sunnatullah-nya bagi amil yang memang ikhlas dan tuntas berjuang dengan status pekerjaannya.

#Bertahan nihil kontribusi

Out dari lembaga sih oke, tapi bertahan dan nihil kontribusi bagaimana? Wah, ini cukup berat. Melalui tulisan ini, penulis coba sedikit membuka cara pandang agar kondisi seperti ini tidak berlanjut.

Perlu dipahami oleh mereka (saya pakai kata mereka, agar tidak merujuk pada individu), amil adalah profesi mulia dan kemuliaan amil itu tidak akan didapatkan dengan hanya bertahan saja atau tanpa memberikan kontribusi maksimal bagi lembaga.

Mereka yang mengakui sebagai amil, perlu disadarkan bahwa mereka adalah tentara-tentara kaum muslimin (wajib bangga). Dahulu tentara-tentara islam berjihad untuk menyelamatkan hak-hak kaum muslimin (agama, tanah, harta, keluarga, kehormatan dan lain-lain). Nah kalau sekarang, mereka juga berjihad menyelamatkan hak-hak kaum dhuafa yang masuk dalam asnaf zakat. Selesai berjihad, mereka akan mendapatkan ghonimah, tentu saja amil juga mendapatkannya dalam bentuk hak amil. Ghonimah yang didapatkan apabila mereka menang melawan pertempuran, jika kalah bagaimana?

Di sini dapat dipahami bahwa, amil wajib menang dalam pertempuran, sehingga mereka bisa mendapatkan hak-hak mereka. Pertempuran inilah yang penulis maksud sebagai kontribusi maksimal seorang amil.

Semoga dipahami..

#Melawan arus

Amil yang berani melawan arus adalah amil yang luar biasa, mereka adalah orang-orang yang terpilih berada pada jalan yang terjal ini. Pekerjaan yang biasa dilakoni oleh beberapa orang seperti pegawai negeri, pegawai bumn, pegawai kantoran dll adalah biasa, namun mereka para amilin lebih memilih untuk melakoni pekerjaan amil mereka.

Hiruk-pikuk dan kebisingan yang datang kepada mereka tidak lagi diindahkan. Mereka kokoh dan teguh dengan pilihannya. Memang pada awalnya mereka adalah orang yang dipaksa atau terpaksa oleh keadaan untuk masuk pada jalan ini, tapi sembari waktu berlalu mereka menemukan “why” nya. Why ini yang membuat mereka bertahan.

Ada sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, kadang mereka juga bingung diminta untuk menjelaskan alasannya. Jika mereka jelaskan, maka penjelasan yang mereka sampaikan seperti mengada-ngada dan melebih-lebihkan.

Kondisi yang kadang dilihat sulit oleh orang lain, mereka bisa melaluinya dengan baik. Gaji sedikit yang mereka terima, selalu cukup dibawa kepada keluarga. Kemudahan-kemudahan lain juga mereka rasakan. Memang benar janji Allah begitu dalam kalamnya.

Berbahagialah mereka yang bekerja sebagai amil. Ada banyak kemuliaan yang mereka dan keluarga mereka dapatkan. Mudah-mudahan jalan ini yang nanti akan memudahkan semua urusan kita dihadapan sang pencipta melalui doa-doa orang yang sudah kita bantu, muzakki dan mustahik

Sekali lagi selamat para Amilin seluruh dunia, anda adalah ras unggul, berani melawan arus.

Sukses dan Bahagia selalu

Ditulis dan diperbaharui saat memulai menunggu kereta (bahasa orang medan) alias sepeda motor diperbaiki dibengkel, semoga menjadi pemantik semangat Amil.

09 Desember 2024 pukul 07.45 wib

 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News