Skenario Gibran Jadi Ketum Golkar dan Jokowi Ketua Dewan Pembina

Gibran Rakabuming Raka (Gibran) diskenariokan akan menjadi Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar setelah jadi anggota kehormatan partai berlambang pohon beringin. Joko Widodo (Jokowi) akan menjadi Ketua Dewan Pembina Golkar.

Demikian dikatakan pengamat politik Muhammad Huda dalam pernyataan kepada redaksi www.suaranasional.com, Sabtu (7/12/2024). “Golkar ingin meningkatkan elektabilitas dengan menempatkan Jokowi sebagai Ketua Dewan,” ungkapnya.

Kata Huda, Golkar juga melihat Gibran sebagai Wapres sangat potensial menjadi Ketua Umum partai yang pernah berkuasa selama Orde Baru. “Karier politiknya yang cemerlang bermula dari Wali Kota Solo, di mana ia menunjukkan gaya kepemimpinan pragmatis, modern, dan dekat dengan masyarakat. Popularitasnya terus meningkat, terutama di kalangan pemilih muda,” ungkapnya.

Di sisi lain, Jokowi, yang telah menyelesaikan dua periode kepresidenannya, tetap menjadi tokoh politik sentral di Indonesia. Meskipun tidak lagi memiliki jabatan eksekutif, pengaruhnya dalam politik nasional tetap signifikan. Sebagai mantan kader PDI-P yang memiliki basis dukungan luas, Jokowi dapat membawa kekuatan elektoral dan jaringan politik ke Golkar.

“Golkar sendiri menghadapi tantangan regenerasi kepemimpinan dan relevansi di tengah munculnya tokoh-tokoh muda seperti Ridwan Kamil dan Gibran. Dalam skenario ini, Golkar melihat potensi Gibran dan Jokowi sebagai katalis untuk revitalisasi partai,” tegasnya.

Gibran, dengan citra mudanya, dapat menarik generasi milenial dan Gen Z yang selama ini kurang tersentuh oleh Golkar. Ia dapat memodernisasi struktur dan strategi komunikasi partai untuk lebih relevan dengan perkembangan zaman, seperti penggunaan media sosial dan pendekatan berbasis data.

“Dengan Jokowi sebagai Ketua Dewan Partai, Golkar mendapat figur senior yang dihormati, mampu menjadi penengah konflik internal. Ini penting mengingat Golkar sering menghadapi dinamika internal yang rumit. Jokowi juga dapat menjadi jembatan untuk memperluas koalisi, termasuk menarik dukungan dari mantan simpatisannya di PDI-P,” ungkapnya.

Jika Gibran dan Jokowi memimpin Golkar, partai ini berpotensi menjadi kekuatan dominan dalam Pemilu 2029. “Mereka dapat membentuk poros baru atau menjadi “kingmaker” dalam menentukan pasangan calon presiden dan wakil presiden,” tegas Huda.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News