Anies Baswedan bukan Menjadi Faktor Kemenangan Pramono Anung-Rano Karno

Oleh: Rohmat Widodo, Pengamat politik dan kader Muhammadiyah Kudus

Sebagian orang menilai bahkan beberapa pengamat politik menilai faktor Anies Baswedan yang membuat Pramono Anung-Anies Baswedan menang di Pilkada Jakarta 2024.

Anies juga memberikan dukungan kepada Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie, namun paslon ini kalah di Pilkada Jawa Barat. Anies tidak bisa memberikan dampak kemenangan kepada Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie.

Kemenangan Pramono Anung-Rano Karno lebih disebabkan berbagai blunder yang dilakukan Ridwan Kamil dan Suswono. Mantan Gubernur Jawa Barat itu mengolok-olok janda. Ini memberikan sentimen negatif kepada pemilih perempuan. Padahal perempuan menjadi pemilih terbanyak di Jakarta.

Begitu juga Suswono menyebut agar janda kaya menikahi pemuda menganggur. Ia mencontohkan kisah Nabi Muhammad yang menikah dengan Siti Khadijah. Pernyataan Suswono mendapat kecaman dari berbagai bahkan sudah dilaporkan polisi atas tuduhan menghina Rasulullah. Politikus PKS itu sudah meminta maaf.

Ridwan Kamil sebagai pendukung Persib (Bobotoh) dianggap tidak sejalan dengan Jakmania. Dua suporter ini tidak bisa akur. Dan berdampak pada suara di Pilkada Jakarta. Jakmania pun mengarahkan dukungan ke Pramono Anung-Rano Karno.

Aspek strategi kampanye yang digunakan oleh Pramono dan Rano. Keduanya memiliki visi dan misi yang jelas mengenai bagaimana mereka akan membawa Jakarta ke arah yang lebih baik. Jika dibandingkan dengan Anies, yang terkadang lebih fokus pada isu-isu populis, Pramono dan Rano menawarkan pendekatan yang lebih pragmatis dan berbasis data. Mereka mampu menjelaskan secara rinci langkah-langkah yang akan diambil untuk mengatasi isu-isu seperti kemacetan, banjir, dan masalah sosial-ekonomi lainnya. Dengan demikian, pemilih yang cerdas tidak akan hanya terpaku pada popularitas Anies, tetapi juga akan mempertimbangkan substansi dari visi dan misi Pramono-Rano.

Selanjutnya, kita tidak bisa mengabaikan peran partai politik dalam menentukan keberhasilan dalam pemilihan. Pramono Anung didukung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), yang dikenal memiliki mesin politik yang kuat di Jakarta. Dukungan dari partai ini dapat memberikan keuntungan tersendiri dalam hal mobilisasi massa dan sumber daya kampanye.

Selain itu, pemilih Jakarta juga mulai lebih kritis dalam memilih pemimpin mereka. Mereka tidak hanya mempertimbangkan nama besar atau popularitas, tetapi juga rekam jejak, integritas, dan kemampuan calon untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada.

Pramono Anung dan Rano Karno memiliki kesempatan untuk menunjukkan kepada pemilih bahwa mereka adalah pilihan yang lebih baik terutama jika mereka mampu membuktikan bahwa mereka memiliki solusi yang lebih efektif untuk tantangan yang ada.

Kita juga harus mengingat bahwa setiap pemilihan adalah unik dan dipengaruhi oleh banyak variabel, termasuk kondisi sosial-ekonomi saat itu. Jakarta adalah kota dengan dinamika yang sangat cepat dan kompleks.

Keputusan pemilih dapat dipengaruhi oleh banyak hal, mulai dari ekonomi, keamanan, hingga isu-isu sosial di masyarakat. Oleh karena itu, meskipun Anies memiliki pengaruh, faktor-faktor lain juga sangat berperan dalam menentukan hasil akhir Pilkada Jakarta.

Akhirnya, dalam dunia politik yang selalu dinamis, tidak ada jaminan bahwa seorang tokoh akan selalu memiliki pengaruh yang sama dari satu pemilihan ke pemilihan berikutnya. Kemenangan Pramono Anung dan Rano Karno tidak hanya ditentukan oleh popularitas Anies, tetapi juga oleh kemampuan mereka sendiri dalam berkomunikasi dengan pemilih, membangun jaringan, serta menyampaikan solusi yang tepat untuk masalah-masalah yang dihadapi Jakarta.

Secara keseluruhan, meskipun Anies Baswedan adalah sosok yang berpengaruh dan dikenal luas, ia bukanlah satu-satunya faktor yang akan menentukan kemenangan Pramono Anung dan Rano Karno di Pilkada Jakarta. Kombinasi antara pengalaman, dukungan partai, visi dan misi yang jelas, serta kemampuan untuk merespons kebutuhan dan harapan masyarakat akan menjadi kunci penting dalam meraih suara pemilih. Dan pada akhirnya, keputusan ada di tangan masyarakat Jakarta yang cerdas dan kritis.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News