Pejuang Nasi Bungkus

Oleh: Ahmad Khozinudin, S.H, Advokat

Ada kisah unik, saat kami membuat agenda penyampaian pembelaan hukum kepada Bang Said Didu (Ahad, 17/11) di Jakarta. Saat rehat, kami makan siang bersama nasi bungkus, nasi padang.

Ada moment indah yang segera diabadikan oleh Bang Said Didu. Ya, momen saat penulis, Mayjen TNI (Purn) Soenarko, Bang Refly Harun, Bang Said Didu dan Bang Marwan Batubara, sedang makan bersama. Bukan sekedar makan bersama, tetapi makan nasi bungkus, dengan cara ‘mulok’ (Jawa: makan nasi langsung dengan tangan, tanpa menggunakan sendok).

Bang Said Didu mengungkap, foto makan bersama tersebut akan diunggah di akun X miliknya. Untuk caption, penulis usulkan diberi judul: ‘Pejuang Nasi Bungkus’.

Ada perbedaan antara pejuang nasi bungkus dengan pasukan nasi bungkus (Panasbung). Pejuang nasi bungkus adalah pejuang yang berjuang untuk rakyat, dengan logistik seadanya, meski hanya berbekal nasi bungkus. Sedangkan pasukan nasi bungkus adalah kelompok yang demo hanya untuk mendapat bayaran dan kompensasi nasi bungkus.

Seperti perjuangan pembelaan hukum untuk Bang Said Didu, kemarin (Ahad, 17/11). Kami silaturahmi ke kediaman Bang Said Didu hari Sabtu (16/11), lalu kami putuskan untuk mengadakan agenda pembelaan esoknya hari Ahad (17/11). Meski hanya dengan logistik nasi bungkus, alhamdulilah agenda terlaksana.

Karena esensi perjuangan itu tujuan, bukan sarana. Tak boleh karena keterbatasan sarana, lalu tidak berjuang.

Walau penulis akui, acara kemarin sukses juga karena dukungan banyak pihak. Seperti sarana gedung, yang dapat kami gunakan tanpa biaya sewa (Free). Semoga, pemilik gedung dimudahkan rezekinya, panjang umur, sehat, serta diberi pahala berlimpah oleh Allah SWT.

Sejumlah tokoh hadir dalam agenda. Ada Bang Refly Harun, Bang Edy Mulyadi, Ustadz Eka Jaya (Ormas Pejabat), Bang Aziz Yanuar, Buya Fikri Bareno, Bang Meidy Juniarto, Bang Juju Purwantoro, Mayjen TNI (Purn) Soenarko, Bang Marwan Batubara, Om Liem (Mursalim), Rekan Anwar Silalahi, Rekan Fitransyah Delly, dan masih banyak lagi.

Sebenarnya, ada kebahagiaan lain yang lebih besar, yang itu tidak didapatkan selain dengan terlibat aktif dalam berjuang. Kebahagiaan ini, lebih terasa dan mendalam dibandingkan nikmatnya nasi bungkus.

Kebahagiaan batin, yang merasa lega karena telah menunaikan amanah dakwah, menyalurkan ruang empati terhadap sesama saudara muslim yang dizalimi, dan kebahagiaan memandang leganya jerih payah perjuangan yang membuat wajah Bang Said Didu menampakan aura jiwa yang besar, batin yang luas, dan semangat yang membara, melihat kami semua hadir membersamai perjuangannya.

Penulis kira, kelegaan dan rasa bahagia itu juga meliputi wajah-wajah saudara kami Muslim Banten yang terdampak proyek PIK 2, yang selama ini tidak tahu harus berbuat apa, hanya bisa menatap sawah, tambak, serta tanah mereka dirampas paksa oleh oligarki property. Memang perjuangan ini belum selesai, tapi perjuangan ini telah menumbuhkan semangat dan mengobarkan api perlawanan, terhadap segala bentuk tirani dan penindasan.

Next perjuangan, mengawal dan mendampingi pemeriksaan Bang Said Didu, Selasa 19 November 2024 di Polres Kabupaten Tangerang, Tiga Raksa. InsyaAllah. [].

 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News