Oleh: Rokhmat Widodo, Pengamat politik dan Komunikasi, Kader Muhammadiyah Kudus
Media televisi telah menjadi salah satu pilar utama dalam dunia penyampaian informasi dan hiburan selama beberapa dekade terakhir. Dengan kehadiran teknologi yang terus berkembang, pertanyaan yang muncul adalah apakah media televisi akan mengalami nasib serupa dengan media cetak, seperti koran, yang mulai tergeser oleh digitalisasi di era Industri 5.0 ini. Era yang ditandai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, serta integrasi antara fisik, digital, dan biologis ini, telah mengubah cara kita berinteraksi dengan informasi.
Sebelum kita membahas masa depan televisi, penting untuk memahami bagaimana koran mengalami penurunan yang signifikan. Dengan meningkatnya akses internet, banyak orang beralih dari membaca koran fisik ke platform digital. Konsumen kini lebih menyukai berita yang dapat diakses kapan saja dan di mana saja melalui ponsel pintar mereka. Berita yang disajikan secara instan, dengan berbagai format multimedia, menjadi pilihan utama dibandingkan dengan berita yang harus menunggu hingga terbitnya koran pagi. Hal ini menciptakan tantangan besar bagi industri media cetak, yang berujung pada penutupan berbagai surat kabar dan pengurangan sirkulasi.
Lalu, bagaimana dengan televisi? Televisi telah beradaptasi dengan perkembangan zaman. Banyak stasiun televisi kini memiliki platform streaming mereka sendiri, memungkinkan pemirsa untuk menonton program favorit mereka kapan pun mereka mau. Dalam banyak hal, televisi seolah-olah telah belajar dari pengalaman pahit media cetak. Namun, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan yang mungkin memengaruhi masa depan televisi di era digital ini.
Pertama, kita lihat bagaimana kebiasaan menonton televisi telah berubah. Banyak orang, terutama generasi muda, lebih memilih menonton konten melalui platform digital seperti YouTube, Netflix, dan layanan streaming lainnya. Mereka lebih menyukai konten yang dapat mereka pilih sesuai keinginan, tanpa terikat pada jadwal tayang seperti di televisi tradisional. Ini adalah tantangan serius bagi stasiun-stasiun televisi yang masih berpegang pada format konvensional.
Kedua, kehadiran media sosial telah mengubah cara kita mendapatkan informasi. Siaran langsung di platform seperti Instagram, TikTok, dan Facebook memungkinkan pengguna untuk berbagi berita dan kejadian secara real-time. Ini menciptakan persaingan yang ketat bagi televisi, yang dulunya menjadi sumber utama berita dan informasi. Kecenderungan untuk mendapatkan informasi dari media sosial sering kali membuat orang lebih memilih untuk tidak menonton televisi sama sekali.
Namun, meskipun ada tantangan besar, televisi memiliki beberapa keunggulan yang mungkin membantu keberlangsungan mereka. Salah satu keuntungan utama adalah kemampuan untuk menyajikan konten berkualitas tinggi dengan produksi yang lebih baik. Televisi dapat menawarkan program-program yang diproduksi dengan baik, acara langsung, dan dokumenter yang mendalam. Konten-konten semacam ini sulit ditiru oleh pembuat konten independen di media sosial.
Selanjutnya, televisi juga memiliki daya tarik sosial. Menonton acara televisi, terutama acara-acara besar seperti ajang penghargaan, pertandingan olahraga, dan reality show, sering kali menjadi kegiatan yang mengumpulkan orang-orang bersama. Ini menciptakan pengalaman menonton yang tidak bisa digantikan oleh menonton secara individual di platform digital. Dalam hal ini, televisi masih memiliki nilai sebagai medium yang dapat menghubungkan orang-orang.
Di sisi lain, untuk tetap relevan, televisi harus beradaptasi dengan perubahan perilaku konsumen. Mereka perlu mengintegrasikan teknologi terbaru dan memahami audiens mereka lebih baik. Misalnya, dengan memanfaatkan data analitik untuk menawarkan konten yang lebih personal dan relevan, serta memperluas jangkauan ke platform digital. Jika televisi mampu berinovasi dan menemukan cara untuk menarik perhatian generasi muda, masa depan mereka mungkin tidak segelap yang dibayangkan.
Adanya saluran-saluran niche yang dapat menarik segmen pasar tertentu juga menjadi salah satu strategi yang dapat diambil. Dengan memproduksi konten yang khusus dan relevan dengan minat tertentu, televisi dapat menciptakan komunitas pemirsa yang setia. Misalnya, saluran yang fokus pada dokumenter, berita lokal, atau acara bincang-bincang tentang isu-isu sosial dapat menarik perhatian pemirsa yang mungkin merasa diabaikan oleh program-program mainstream.
Di era Industri 5.0, di mana teknologi dan manusia semakin terintegrasi, televisi juga harus memanfaatkan kecerdasan buatan dan teknologi interaktif. Misalnya, penggunaan augmented reality (AR) dalam siaran berita dapat memberikan pengalaman yang lebih mendalam bagi pemirsa. Inovasi semacam ini dapat menjadi daya tarik tersendiri dan menciptakan interaksi yang lebih besar antara pemirsa dan konten yang disajikan.
Secara keseluruhan, meskipun televisi menghadapi sejumlah tantangan di era digital ini, ada harapan bahwa media ini akan terus beradaptasi dan berkembang. Jangan lupakan nilai dari pengalaman menonton yang unik dan komunitas yang dibangun seputar acara-acara tertentu. Jika televisi mampu memanfaatkan keunggulan ini dan berinovasi dengan cara yang tepat, kemungkinan untuk tidak gulung tikar masih terbuka lebar. Pada akhirnya, evolusi dalam media tidak dapat dihindari, dan televisi harus mampu menemukan tempatnya di tengah perubahan besar ini.