Oleh : Ahmad Khozinudin, Sastrawan Politik
Kaum muslimin Palestina, diusir dari kampung halamannya, tanah kelahirannya dirampas, dijadikan pemukiman dan diklaim menjadi wilayah zionis laknatullah. Mereka terus berjuang, untuk mempertahankan harta, tanah kelahiran, dan agamanya.
Mereka harus bertahan menghadapi serangan militer biadab, dari zionis laknatullah. Meski nyawa sebagai taruhannya, mereka tetap mempertahankan tanah Palestina, tetap konsisten membela kesucian Al Aqsa.
Meski jauh, kita kaum muslimin di Indonesia membela Palestina. Agar mereka tetap bisa bertahan di tanah kelahirannya, kampung halamannya, yang sebagian besar telah dirampas zionis, dan terus mempertahankan tanah sebagian yang lain, yang masih mereka kuasai.
Sementara di negeri ini, saudara kita yang dekat, kaum muslimin di Banten, juga telah dirampas tanahnya. Bedanya, jika zionis menggunakan senjata dan tentara untuk mengusir kaum muslimin Palestina, di Banten oligarki property meminjam tangan penguasa, untuk mendapat status PSN dan merampas tanah masyarakat Banten dari pemiliknya.
Bahkan bukan hanya milik kaum muslimin di Banten, tanah milik etnis tionghoa peranakan (China Benteng), juga ikut dirampas. Oligarki tak peduli, siapapun pemiliknya, demi melayani kerakusan bisnis property semua tanah rakyat dirampas.
Di Wilayah Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, tempat proyek PIK 2, telah dan sedang terus terjadi perampasan tanah rakyat, tanah saudara kita kaum muslimin di Banten, oleh oligarky property milik Aguan. Modus Perampasan, dengan meminjam tangan penguasa untuk menetapkan proyek bisnis oligarki ini menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN).
Dengan status PSN inilah, PANI seenak udelnya merampas tanah rakyat tanpa melakukan negosiasi jual beli. Kadangkala, bukan hanya dirampas, pemilik tanah juga dikriminalisasi.
Modus operandi kriminalisasi, dengan memanfaatkan elemen masyarakat lainnya, agar membuat laporan kepada aparat yang juga sudah dkendalikan. Mereka mengadu domba rakyat dengan rakyat, mengadu domba rakyat dengan aparat.
Mereka hanya menghitung semua sebagai biaya produksi. Dengan kalkulasi, biaya adu domba, sewa aparat, jauh lebih kecil ketimbang potensi cuan yang besar dari bisnis property.
Kalau perampasan tanah di Banten saja, kita masih diam. Apalagi terhadap tanah di Palestina?
Tunjukan sikap sebagai saudara muslim. Mari berjuang bersama, membela rakyat yang terampas haknya, melawan oligarki property yang rakus, yang merampas kedaulatan tanah rakyat. [].