Oleh: Bin Subiyanto, Pengamat Sosial dan Budaya dari Kudus
Industri kretek Indonesia, yang merupakan salah satu warisan budaya dan ekonomi bangsa, kini menghadapi tantangan serius akibat pengaruh asing yang semakin menguat. Kretek, yang merupakan rokok dengan campuran tembakau dan cengkeh, telah menjadi simbol identitas bangsa dan menyumbang secara signifikan terhadap perekonomian lokal, terutama di daerah penghasil tembakau.
Namun, dengan masuknya perusahaan-perusahaan asing ke dalam pasar, ada kekhawatiran bahwa keberadaan mereka akan menghancurkan industri ini dan mengancam mata pencaharian jutaan petani dan pekerja lokal.
Salah satu dampak paling nyata dari masuknya perusahaan asing ke dalam industri kretek adalah perubahan dalam pola konsumsi.
Perusahaan-perusahaan ini sering kali membawa produk-produk yang lebih murah dan secara agresif memasarkan mereka di pasar Indonesia. Mereka mampu menawarkan harga yang lebih rendah karena skala produksi yang lebih besar dan efisiensi yang lebih tinggi. Akibatnya, produk lokal yang dihasilkan oleh pabrikan kecil dan menengah, yang umumnya lebih memperhatikan kualitas dan tradisi, mulai kehilangan daya saing. Konsumen, terpengaruh oleh iklan dan promosi yang menarik, beralih ke produk-produk asing, yang pada akhirnya dapat memicu penurunan penjualan rokok kretek lokal.
Selain aspek ekonomi, masuknya perusahaan asing juga berpotensi mengubah sisi kultural dari industri kretek. Kretek bukan sekadar produk konsumsi, tetapi juga merupakan bagian integral dari budaya Indonesia. Ritus dan tradisi yang terkait dengan merokok kretek, dari cara memilih tembakau hingga cara menikmatinya, telah diwariskan turun-temurun. Ketika perusahaan asing mengambil alih pasar, mereka tidak selalu menghormati nilai-nilai budaya ini. Produk asing sering kali tidak mencerminkan kekayaan tradisi Indonesia, dan ini bisa membuat aspek budaya dari industri kretek menjadi hilang.
Lebih jauh lagi, keberadaan perusahaan asing di industri kretek juga dapat mengancam keberlangsungan hidup petani tembakau lokal. Tembakau adalah komoditas yang sangat penting bagi banyak petani di Indonesia. Dengan merosotnya permintaan terhadap produk kretek lokal, tanaman tembakau yang ditanam oleh petani lokal pun terancam. Jika tren ini berlanjut, banyak petani yang mungkin terpaksa beralih ke tanaman lain yang kurang menguntungkan, atau bahkan terpaksa meninggalkan pertanian sama sekali. Hal ini tidak hanya mengancam mata pencaharian mereka, tetapi juga dapat menyebabkan dampak sosial yang lebih luas, termasuk peningkatan kemiskinan di daerah pedesaan.
Tentu saja, pemerintah memiliki peran penting dalam melindungi industri kretek Indonesia. Kebijakan yang mendukung industri lokal dan mengatur keberadaan perusahaan asing sangat diperlukan. Salah satu langkah yang dapat diambil adalah meningkatkan regulasi mengenai pemasaran dan distribusi produk rokok, termasuk batasan pada iklan produk asing yang mungkin merugikan produk lokal. Selain itu, pemerintah juga bisa memberikan insentif bagi produsen lokal untuk meningkatkan kualitas dan daya saing produk mereka. Dengan demikian, diharapkan industri kretek tidak hanya dapat bertahan, tetapi juga dapat berkembang dalam menghadapi persaingan global.
Ada beberapa kebijakan pemerintah yang diduga titipan asing bisa menghancurkan industri kretek di antaranya, pertama, secara rutin menaikkan tarif cukai rokok, termasuk kretek, dengan alasan untuk menekan konsumsi rokok yang dianggap berbahaya bagi kesehatan. Kenaikan cukai ini berdampak langsung pada biaya produksi dan harga jual kretek, sehingga melemahkan daya saingnya di pasar, terutama bagi industri kretek kecil dan menengah.
Kedua, Pemerintah juga menerapkan regulasi ketat terhadap iklan dan sponsorship produk rokok. Bagi produsen kretek, yang sebelumnya bisa memanfaatkan media ini untuk memperluas pasar, pembatasan ini mengurangi kemampuan mereka untuk bersaing dan meningkatkan brand awareness.
Ketiga, aturan label dan peringatan kesehatan. Keharusan mencantumkan peringatan kesehatan yang cukup besar pada kemasan rokok. Ini bertujuan untuk mengurangi daya tarik produk tembakau, tetapi bagi industri kretek, hal ini dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kretek sebagai produk budaya yang selama ini memiliki nilai tradisional
Satu hal yang tidak bisa dipungkiri adalah bahwa industri kretek juga harus beradaptasi dengan perkembangan zaman. Inovasi dalam produk dan strategi pemasaran yang lebih modern bisa membantu produsen lokal untuk tetap relevan. Misalnya, dengan memperkenalkan produk-produk kretek yang lebih sehat atau ramah lingkungan, produsen lokal bisa menarik segmen pasar yang lebih besar. Kolaborasi antara produsen lokal dan pemangku kepentingan lainnya, seperti lembaga penelitian atau universitas, juga bisa menghasilkan inovasi yang bermanfaat bagi industri.
Di sisi lain, konsumen juga memiliki tanggung jawab dalam menjaga keberlangsungan industri kretek lokal. Kesadaran akan pentingnya mendukung produk lokal seharusnya menjadi bagian dari perilaku konsumsi kita. Dengan memilih produk kretek buatan lokal, konsumen tidak hanya berkontribusi pada perekonomian lokal, tetapi juga membantu melestarikan warisan budaya bangsa. Edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya mendukung industri lokal, serta dampak negatif dari produk asing, perlu ditingkatkan agar konsumen lebih sadar akan pilihan mereka.
Kesimpulannya, meskipun industri kretek Indonesia saat ini menghadapi ancaman yang serius dari perusahaan asing, masih ada harapan untuk mempertahankan dan mengembangkan industri ini. Melalui dukungan dari pemerintah, inovasi dari produsen lokal, serta kesadaran konsumen, industri kretek dapat terus berperan sebagai bagian penting dari identitas dan perekonomian Indonesia.
Penting bagi semua pihak untuk bersatu demi melindungi dan memajukan industri yang telah lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia ini. Jika langkah-langkah strategis diambil, bukan tidak mungkin industri kretek akan terus bertahan dan berkembang, meskipun di tengah arus globalisasi yang semakin kuat.