IniPrabowo Subianto harus memperhatikan Bahlil Lahadalia yang meraih gelar doktor di Universitas Indonesia ditempuh dalam 20 bulan mendapat sorotan dari masyarakat.
“Kalau Prabowo mau mengangkat menteri dengan integritas klonegan rombeng macam si Bahlil, itu juga haknya. Mungkin juga levelnya sudah klop,” kata Dosen Chukyo University Jepang Pitoyo Hartono dalam pernyataan yang tersebar di berbagai group WA.
Pitoyo mengatakan, Universitas Indonesia mempunyai masalah ketika meluluskan gelar doktor Bahlil dalam waktu 20 bulan.
“Apa masalah gelar S3 Bahlil? Nggak masalah, karena universitas yang mengeluarkan gelar itu nggak melihat adanya masalah. Yang menjadi masalah adalah universitasnya,” tegasnya.
Selama puluhan tahun Pitoyo bekerja di universitas, belum pernah melihat ada orang yang tidak bergelar S2 bisa meneruskan studi S3 nya. Tapi peraturan memperbolehkan, dengan syarat review yang sangat ketat.
“Di universitas Chukyo Jepang harus disetujui oleh mayoritas profesor di fakultasnya, dan syarat publikasi journalnya 2 kali lebih banyak dari mahasiswa/i normal,” paparnya.
Yang memalukan dari si Bahlil ini, adalah dia maju sidang S3 dengan publikasi di predatory journal. Dia boleh berkelit, bahwa waktu dia mensubmit papernya, journal itu masih di scopus. Tapi ini tidak ngaruh. Yang penting waktu dia diberi hak untuk maju sidang, papernya sudah ada di predatory journal. Ini menandakan goblognya si Bahlil.
Orang yang punya otak akan sangat hati-hati dalam memilih journal untuk memuat papernya. Dan journal tidak serta merta menjadi predatory. Mungkin si Bahlil ini nggak pernah membaca paper lain di journal itu sehingga tidak tau kalau mutu journalnya kaleng-kaleng.
“Kalau UI mengijinkan majunya orang sidang S3 dengan justifikasi dia sudah punya publikasi di predatory journal, ya UI yang malu-maluin banget. Di universitas yang waras, punya paper di predatory journal itu bukan cuma memalukan, tapi sudah menjadi misconduct. Pelanggaran akademia setaraf dengan plagiasi. Ini akan menyebabkan matinya karier akademis seseorang,” paparnya.
Lima tahun belakangan ini Pitoyo bekerja sebagai external reviewer dari beberapa universitas di luar Jepang, untuk meriview paper-paper dosen mereka yang mengajukan kenaikan pangkat ke associate prof. atau prof. Dan semua universitas itu secara spesifik mengatakan bahwa adanya paper di predatory journal akan menjadi masalah sangat besar bagi karier dosen bersangkutan.
“Orang yang nggak punya publikasi di journal yang baik, itu cuma nggak punya prestasi. Tapi orang yang menerbitkan paper di predatory journal itu nggak punya integritas. Dia orang nggak jujur yang mengambil jalan pintas untuk membeli prestasi palsu,” tegasnya.