Oleh: Hara Nirankara
Raffi Ahmad diberitakan mendapat tawaran sebagai Wakil Menteri setelah memenuhi undangan di kediaman Prabowo, kabar tentang Raffi Ahmad pun membuat hati semakin gundah.
Pasalnya, Raffi Ahmad merupakan salah satu pelaku gentrifikasi digital selain dr. Richard. Sedangkan isu tentang gentrifikasi ini begitu senyap, hingga tidak banyak orang tahu bahwa gentrifikasi merupakan salah satu penyebab semakin parahnya ketimpangan sosial.
Gentrifikasi pertama kali diperkenalkan pada tahun 1960-an oleh Ruth Glass, seorang sosiolog Inggris. Gentrifikasi digambarkan sebagai sebuah pemindahan kelas pekerja oleh pekerja pendatang kelas menengah di London. Menurut Glosarium, gentrifikasi merupakan usaha peningkatan vitalitas suatu lingkungan melalui peningkatan kualitasnya.
Gentrifikasi merupakan sebuah fenomena yang kontroversial, karena dikaitkan dengan masuknya pekerja kulit putih yang menggeser pekerja warna kulit gelap. Namun seiring berjalannya waktu, gentrifikasi menjadikan pekerja kelas menengah yang menggeser pekerja kelas bawah.
Pada utas singkat yang pernah saya bahas tentang gentrifikasi digital, Saya menjelaskan bahwa orang seperti Raffi Ahmad berperan dalam tergesernya kelas bawah akibat aneksasi bisnis yang ia lakukan.
Bayangkan, orang dengan pendapatan kecil harus bersaing dengan Raffi Ahmad yang mempunyai modal besar untuk merebutkan konsumen pada sektor usaha yang sama. Misalnya produk yang Raffi jual ke marketplace.
Raffi dengan modal yang besar bisa dengan mudah menguasai algoritma, membayar penyedia jasa SEO dan SEE, pengikutnya yang berjuta-juta di media sosial semakin mempermudah Raffi dalam menjual produknya yang terbilang baru.
Bandingkan dengan kelas bawah yang bermodal kecil, tidak menguasai digital marketing, yang harus bersusah payah mengumpulkan followers dari 0, diharuskan bersaing dengan Raffi Ahmad? Tentu kelas bawah yang menjual produk yang sama dengan Raffi Ahmad akan kalah telak.
Sosok Raffi Ahmad ini menjadi contoh yang pertama, sedangkan di luar sana masih banyak sosok lain seperti Raffi yang semakin memperburuk ketimpangan sosial.
Di Indonesia sendiri fenomena gentrifikasi dapat dilihat dari semakin maraknya kelas menengah yang menyerobot lahan rezeki kelas bawah, salah satunya yaitu, muncul produsen (pemilik modal) kopi keliling yang mempekerjakan banyak orang untuk menjual produknya dengan berkeliling menggunakan sepeda motor.
Dengan adanya variasi produk seperti penggunaan cup, labeling, serta harga yang murah, jelas akan membuat pedagang kopi starling gigit jari. Bayangkan, sekecil apapun potensi rezeki kelas bawah, akan digondol juga oleh kaum menengah ke atas.
Selain itu, alih fungsi lahan yang tadinya berupa lahan pertanian (sawah) berubah menjadi perumahan hingga ruko merupakan fenomena gentrifikasi di Indonesia. Imbasnya, ada pergeseran kelas sosial di lingkungan yang terdampak gentrifikasi.