J ika Prabowo Subianto mengisi Kabinet Gemuk atau Gemoy dengan para loyalis yang ABS (asal bapak senang) yang tidak profesional, KKN dan oligarki akan tumbuh subur. Kondisi ini akan memicu kecemasan rakyat.
Penegasan itu disampaikan mantan Pangdam I/Bukit Barisan Mayjen (Purn) Tri Tamtomo menyikapi beredarnya nama-nama calon menteri Pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. “Manakala Kabinet Gemoy Prabowo diisi oleh para loyalis ABS yang tidak profesional, KKN dan oligarki akan tumbuh subur. Ini sangat berbahaya jika terjadi, karena akan menjadi kecemasan buat rakyat,” tegas Tri Tamtomo dalam diskusi di Channel Indonesia Today (https://youtu.be/NRm55FGg3Ws).
Mantan anggota Komisi I DPR RI ini menegaskan, jika kepemimpin baru di bawah Prabowo Subianto tidak memperdulikan jeritan rakyat, dapat dipastikan tidak akan ada keadilan. Hukum tidak akan bisa ditegakkan dengan baik. Kesejahteraan sulit digapai rakyat.
“Saat ini harga sembako belum stabil, kriminalitas secara kuantitatif dan kualitatif meningkat. Selain itu, aksi premanisme juga mulai menggeliat dan menjadi alat tekan kepada pihak yang menyampaikan aspirasi. Semua ini di mata rakyat dilihat sebagai keganjilan. Apakah Kabinet Gemoy bisa menjawab tantangan yang kompleks dan multidimensi ini? Kita jangan skeptis. Pemimpin yang baru pasti sudah punya kalkulasi ke depan,” beber Tri Tamtomo.
Tri Tamtomo mengingatkan, kecemasan rakyat akan memunculkan riak-riak di masyarakat. “Riak-riak itu akan terjadi jika kabinet diisi oleh orang-orang yang sekedar loyalis dan ABS. Negara kuat itu harus diwujudkan dengan rakyat yang kenyang, pandai, lapangan kerja tersedia, dan sejahtera,” kata Tri Tamtomo.
Secara khusus Tri Tamtomo memberikan catatan agar para pembantu Presiden Prabowo Subianto tidak bermain-main dengan hal-hal yang tidak produktif termasuk mengumbar statement yang memecah belah. “Jangan lagi ada pembantu presiden mendatang membuat guyonan atau bermain-main dengan hal-hal yang tidak produktif. Pembantu presiden harus arif, bijak, bisa menjadi tauladan. Pembantu presiden jangan asal njeplak! Karena mereka pelayan rakyat,” tegas Tri Tamtomo.
Mantan Sekretaris Lemhanas ini menyinggung pernyataan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia dalam pidato perdananya setelah resmi terpilih sebagai Ketum Golkar. Bahlil menyatakan agar “tidak main-main dengan Raja Jawa”.
“Siapa yang dimaksud Raja Jawa? Statement ini menjadi bola salju. Ini berbahaya. Hari ini kok masih ada pejabat yang membuat dikotomi ‘penguasa dan non penguasa’? Ini akan terbentuk jaring pemisah antara penguasa dan non penguasa. Rakyat kelompok A dengan rakyat kelompok B. Ini masuk pada skenario pecah belah. Kok kita masih percaya dengan orang-orang model seperti ini? Yang disampaikan itu tidak ada manfaat, justru mudharat. Dalam kondisi yang stabil seperti ini ada yang lancang dan asal bunyi. Ini tidak boleh terjadi. Jika tudingannya itu ke arah Jokowi, ini menjerusmuskan presiden,” Tri Tamtomo menegaskan.
Para pembantu presiden, menurut Tri Tamtomo, seharusnya berorientasi pada keselamatan dan keutuhan bangsa, serta bagaimana bangsa ini harus sejahtera lahir batin. Pembantu presiden adalah pemimpin yang harus melayani rakyat dengan benar, baik dan bertanggungjawab.
Tri Tamtomo menyinggung sikap Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas yang tiga kali mangkir dari panggilan Panitia Khusus (Pansus) Haji DPR.
“Pansus Haji DPR mengundang Menteri Agama untuk mendapatkan keterangan langsung dari pihak yang bertanggungjawab secara utuh. Dalam pemanggilan ini, DPR telah melaksanakan tiga fungsinya. Tapi apa yang kita lihat? Kok ada model pemimpin yang beginian? Presiden Prabowo harus memastikan dalam susunan kabinet jangan lagi ada pembantu yang model dagelan seperti ini. Kasihan rakyat, sebagai pemimpin harus melayani dengan benar, baik dan bertanggungjawab. Jangan lagi hal seperti ini dipertontonkan lagi oleh para pembantu presiden. Ini sangat menyedihkan,” tegas Tri Tamtomo.
Tri Tamtomo berharap selama satu tahun pertama pemerintahan, Prabowo Subianto harus bisa memenuhi kebutuhan pangan rakyat, membuka lapangan pekerjaan sesuai kebutuhan, dan mencerdaskan rakyat. “Satu tahun pertama, Prabowo harus bisa menjawab kebutuhan perut rakyat, lapangan pekerjaan, dan rakyat harus pandai. Jika keluar dari tiga lapangan ini akan berbahaya. Oleh karena itu pembantu presiden harus orang terpilih yang die hard untuk negara bangsa. Bukan die hard untuk presiden,” pungkas Tri Tamtomo.