Oleh : Ahmad Khozinudin, Sastrawan Politik
Sekitar seminggu yang lalu, Kritikus Faizal Assegaf menelpon saya, menceritakan sekaligus mengundang untuk hadir dalam acara Diskusi & Silaturahmi Kebangsaan dengan tajuk ‘BERTEMU, KOMPAK, BERGERAK’. Acara rencana akan diselenggarakan Pada Senin (14/10), di Balai Sudirman, Tebet, Jakarta.
Namun, sehari yang lalu, saya dikirimi video perpindahan lokasi dari Balai Sudirman ke Hotel Bidakara. Soal apa yang menjadi penyebab? Ah sudahlah, kita semua sudah tahu.
Namun yang aneh, saat acara sudah dipindah kok masih ada elemen masyarakat sipil yang meminta acara diskusi & silaturahmi ini dilarang? Apa dasar hukumnya, melarang Warga Negara menjalankan hak konstitusional untuk berkumpul dan menyampaikan pendapat?
Elemen seupil, yang menamakan dirinya Pasukan Berani Mati Jokowi, meminta Aparat kepolisian dan Hotel Bidakara untuk membatalkan acara. Dalihnya, acara ini akan mengganggu proses pelantikan presiden dan wakil presiden yang akan dilaksanakan 20 Oktober 2024.
Koordinator Pasukan Berani Mati Pembela Jokowi, Sukodigdo Wardoyo mengeluarkan lelucon itu pada Sabtu (12/10/2024). Loyalis Jokowi ini tak paham konstitusi. Membangun narasi berdasarkan asumsi untuk membungkam hak rakyat untuk berdiskusi dan bersilaturahmi.
Asumsi diskusi menggangu pelantikan Prabowo Gibran, lebih tepat disebut mengigau. Karena tidak ada korelasi agenda Silaturrahmi dengan pelantikan Prabowo Gibran. Memang benar, sejumlah tokoh banyak yang menuntut agar Jokowi diseret ke penjara untuk diadili. Tapi tuntutan ini, tak menggangu proses pelantikan Prabowo.
Adapun soal tempat kenapa pindah ke Hotel, alasannya simple. Karena tempat awal dibatalkan, sehingga tak cukup waktu mencari tempat lain, dan hotel menjadi pilihan taktis dan praktis untuk memudahkan mendapatkan lokasi acara.
Soal tuduhan bohir yang membiayai, lebih baik cek saja rekening koordinator pasukan berani mati. Tidak usah sibuk mengurusi rumah tangga orang lain, dapur sendiri pun penuh asap yang sesak.
Yang aneh, menamakan diri Pasukan Berani mati, tapi sama silaturahmi dan diskusi saja kok takut? Kalau punya aspirasi, datang saja ke acara dan sampaikan. Jangan buruk muka cermin dibelah. Keok adu argumentasi main persekusi, meminjam alat kekuasaan.
Pasukan berani mati Jokowi ini cemen. Sejatinya, pasukan ini pengecut dan sedang mengalami kegelisahan dan ketakutan yang luar biasa, sama seperti junjungannya Jokowi.
Setelah Jokowi lengser, pasukan ini juga akan segera menjadi sampah. Karena pasukan ini, tidak pernah punya legacy untuk negeri, selain membangun narasi untuk membungkam diskusi & silaturahmi. [].