Oleh: Rokhmat Widodo, Guru SMK Luqman Al Hakim Kudus
Harapan itu pasti ada baik pelan maupun cepat, setiap orang pun memiliki kesempatan untuk punya harapan entah harapan itu palsu atau harapan itu nyata.
Setiap perhelatan akbar bangsa ini baik tingkat bawah berupa pilkades hingga pemilihan presiden, Asa atau harapan tertumpu pada orang yang punya kuasa. Misalnya anak buah menaruh harapan kepada kepala. Kepala pun menaruh harapan kepada anak buahnya, dapat kerja dengan maksimal untuk memajukan perusahaan.
Kepala rumah tangga menaruh harapan kepada istri yang ia cintai, begitu juga istri menaruh pula harapan supaya bahtera rumah tangga dapat selamat hingga maut memisahkan salah satu diantara mereka. Rakyat ketika pilpres, pilkada menaruh harapan kepada penguasa supaya rakyat ini dapat sejahtera. Konstituen pun tak kalah mempercayakan suaranya kepada partai yang diidamkan, bukan pepesan kosong belaka.
Dalam artian lain harapan adalah pangkal kebahagiaan yang amat penting. Dengan harapan, manusia merasa lapang dalam hidupnya dan mampu bertahan dalam menghadapi tantangan.
Secara kejiwaaan, harapan berimplikasi langsung ter hadap diri. Adanya harapan memunculkan ke kuatan batin, dorongan hati, atau kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan melakukan suatu tindakan, dengan cara tertentu, untuk mewujudkan sesuatu. Seseorang yang tanpa harapan, akan terasa berat baginya untuk terus melangkah maju. Harapan adalah kekuatan baginya untuk terus melaju.
Ketika terjadi harapan semu alias php, harapan pun berpotensi hilang dari diri seseorang bila ia sering menghadapi kegagalan. Memang setiap orang pasti pernah mengalami situasi kegagalan. Namun, orang yang masih mempunyai harapan, selalu berpikir dengan cara yang besar. la akan mengambil pelajaran dari setiap kegagalannya. Ketika ia menghadapi situasi seperti itu, ia akan tetap bersikap tenang dan berusaha mencari penyebabnya. Ini adalah cara baginya untuk menghindarkan kesalahan yang sama di masa mendatang.
Kegagalannya menjadi berharga karena ia belajar darinya. Sedangkan orang yang benar-benar kalah adalah orang yang mengalami kegagalan tetapi ia tidak mampu mengambil pelajaran darinya dan tidak dapat menjadikannya sebagai pengalaman yang berharga. Sebetulnya, kekalahan hanyalah keadaan yang dinyatakan oleh pikiran.
Biasanya, reaksi pertama orang yang kalah adalah mengedepankan perasaan kecewanya, sehingga ia tidak objektif melihat kegagalannya itu. Sedangkan orang yang gigih, ia bereaksi dengan cara yang berbeda ketika kalah.
la bangkit berdiri, menyerap suatu pelajaran, melupakan pukulan itu, dan bergerak maju. la tidak mencari kambing hitam pada kegagalannya, tetapi memeriksa kegagalannya. Sadarkah dia, jika dia tidak berhenti menyesali dirinya sendiri dan tidak berhenti menyalahkan takdir, maka dia tidak akan mencapai tujuannya.
Orang yang tidak mempunyai harapan, de ngan sendirinya tidak mempunyai rencana untuk mencapai suatu hasil Karena itu. ia selalu mempunyai banyak alasan untuk menjelaskan sebabnya mengapa ia tidak dapat, tidak sang- gup, dan tidak berhasil la menenggelamkan diri dalam bayangan ketidakberdayaan.
Al-Qur’an menggambarkan bahwa harapan yang akan membuka kehidupan adalah harapan pada Tuhan. Harapan kepada selain Tuhan hanyalah semu belaka. Menggantungkan harapan hanya pada Allah termasuk orang beriman. Sebaliknya, orang yang berharap kepada selain Allah dianggap kafir. “Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidak ada seorangpun yang berputus asa dari rahmat Allah kecuali orang-orang kafir,” (QS Yusuf/12:87).
Tuhan juga memberi sebuah bekal kemudahan bagi orang-orang yang selalu membuka dada dan mengisinya dengan harapan. “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), bersungguh-sungguhlah mengerjakan (masalah yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmu saja kamu bisa berharap,” (OS Al-Insyirah/94 : 6-8). Ketika ayat ini turun. Rasulullah SAW bersabda, “Bergembiralah karena kemudahan akan datang bagimu. Kesulitan tidak akan mengalahkan dua kemudahan,” (HR Ibnu Jarir dari Al-Hasan). Sabda Nabi Muhammad SAW menunjukkan bahwa dalam satu kesulitan ada dua jalan keluar bagi orang yang selalu berharap kepada Allah SWT. Wallahu a’lam bishawab.