Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)
Walaupun Jokowi terus berusaha melindungi Gibran dari hantaman dan caci maki rakyat terutama setelah terbongkarnya kasus Fufufafa, tapi citra Gibran di masyarakat sudah jatuh ke level serendah-rendahnya dan tidak mungkin lagi bisa bangkit kembali dengan upaya apa pun tanpa upaya balik arah dengan cara bertaubat nasuha.
Jokowi dalam sambutannya di HUT TNI ke 79 baru-baru ini memberikan peringatan kepada masyarakat untuk tidak memguat kegaduhan menjelang pelantikan Presiden-Wakil Presiden pada 20 Oktober nanti. Peringatan itu hampir dipastikan berkaitan dengan kegaduhan yang tak kunjung usai terhadap kasus Fufufafa yang diduga kuat milik Gibran.
Sebenarnya kegaduhan itu sendiri akibat ulah Jokowi sendiri yang terus cawe-cawe melindungi dinastinya dan ulah Gibran yang sudah sangat tidak bermoral. Asap itu tidak akan muncul jika tidak ada api. Jokowi dan keluarganya selalu menyulut api yang asapnya sangat menyengat dan merugikan dan meresahkan rakyat, mulai dari istrinya yang hedonis dan cawe-cawe atas pencawapresan Gibran, Kaesang yang hedonis dan mengabaikan norma hukum yang menerima gratifikasi dengan pesawat jet pribadinya, Bobby dan isterinya yang hedonis dan terlibat proyek tambang, dan Gibran sendiri yang kelakuannya seperti preman yang tidak berpendidikan. Gibran selain dungu mewarisi ayahnya, juga memiliki karakter buruk melebihi ayahnya : rasis, mesum, amoral, sombong, sadis, korup, dan tidak beragama (secara benar) karena telah menghina Nabi Muhammad saw dan mentolerir makanan/minuman dan perbuatan haram
Tidak ada satu pun karakter Gibran yang layak untuk menjadi seorang pemimpin, apalagi pemimpin negara
Paling tidak ada 5 alasan kenapa rakyat menolak Gibran ?:
Pertama, Gibran jadi Wapres karena proses Konspirasi antara Jokowi, MK, dan KPU
KPU dan MK telah merekayasa persyaratan calon dengan mengubah aturan batas usia dan persyaratan lain yang sebenarnya menurut Undang-undang yang ada Gibran belum bisa jadi cawapres.
Kedua, Prabowo dan Gibran telah dimenangkan oleh Jokowi dengan cara-cara yang licik, curang, dan manipulatif
Jokowi telah merekayasa hasil survey, hasil quick count, menyetir KPU untuk penghitungan suara paslon 02 agar unggul via quick count da real count, demikian juga keputusan MK adalah hasil manipulasi.
Ketiga, Dari awal pencalonan, Gibran selalu menunjukkan sifat ‘copy paste’ dari juru bicaranya, tapi nihil ide dan gagasan orisinil
Gibran sama sekali tidak punya kapasitas mengelola negara baik secara manajerial maupun mengatasi berbagai persoalan bangsa dan negara.
Keempat, Dengan terbongkarnya kasus Fufufafa seorang Gibran hanya sampah yang tidak memiliki karakter baik dan mulis sedikit pun sehingga tidak layak jadi pemimpin, apalagi pemimpin negara
Fufufafa telah membongkat karakter Gibran yang rasis, sombong, tidak beradab, suka melanggar aturan dan hedonis
Kelima, Dengan sifat asli Gibran yang temperamen, kejam, dan tidak bermoral, akan mbahayakan siapa pun juga, termasuk bisa berbuat kejam kepada Presiden
Gibran bakal lebih kejam dari Jokowi. Apalagi banyak pengamat yang menyebut memiliki penyakit kejiwaan. Jika akan dipaksakan hanya akan membuat darah sering tertumpah terhadap lawan politik maupun rakyat tidak berdosa.
Semoga para pemegang kewenangan adalah orang-orang yang waras, punya hati nurani, punya jiwa nasionalismr dan patriotisme, bukan badut-badut bodoh yang rakus dan pengkhianat bangsa dan negara.
Bandung, 3 R. Akhir 1446