Hizbullah Pasca Meninggalnya Hasan Nasrallah

Oleh: Rokhmat Widodo, Pengamat Timur Tengah dan Kader Muhammadiyah Kudus

Hizbullah, sebagai salah satu kelompok militan dan politik yang berpengaruh di Lebanon dan kawasan Timur Tengah, telah menjadi sorotan dunia internasional selama beberapa dekade. Dengan meninggalnya Sekretaris Jenderal Hasan Nasrallah yang dibunuh zionis Israel muncul pertanyaan mendalam mengenai masa depan Hizbullah dan dampaknya terhadap stabilitas regional serta dinamika politik Lebanon.

Pertama-tama, perlu dicatat bahwa Hasan Nasrallah telah meneruskan warisan pendirian Hizbullah yang didirikan pada awal 1980-an. Di bawah kepemimpinannya, Hizbullah tidak hanya berfungsi sebagai kelompok bersenjata yang berjuang melawan agresi Israel, tetapi juga sebagai kekuatan politik yang memiliki basis dukungan di kalangan masyarakat Lebanon, khususnya di wilayah selatan. Nasrallah dikenal karena retorika yang kuat dan kemampuannya untuk memobilisasi dukungan massa, menjadikannya sosok yang sangat karismatik dan berpengaruh.

Meninggalnya Nasrallah akan menciptakan kekosongan kepemimpinan yang signifikan dalam tubuh Hizbullah. Meskipun organisasi ini memiliki struktur dan sistem komando yang relatif terorganisir, peralihan kepemimpinan sering kali menghadapi tantangan besar.

Salah satu pertanyaan kritis yang muncul adalah siapa yang akan menggantikan Nasrallah dan apakah penggantinya mampu mempertahankan solidaritas dan tujuan bersama di tengah tantangan internal dan eksternal yang luas.

Dari sudut pandang internal, Hizbullah terdiri dari berbagai fraksi dan pemikiran. Ada kemungkinan bahwa setelah meninggalnya Nasrallah, akan muncul perdebatan sengit di dalam organisasi mengenai arah politik dan militernya. Beberapa anggota mungkin menginginkan pendekatan yang lebih moderat dalam berurusan dengan Lebanon dan komunitas internasional, sedangkan yang lain mungkin ingin tetap mempertahankan garis keras yang telah menjadi ciri khas Hizbullah. Ketegangan ini dapat menyebabkan perpecahan yang merugikan, baik bagi Hizbullah sendiri maupun bagi stabilitas Lebanon secara keseluruhan.

Di sisi lain, Hizbullah telah lama berfungsi sebagai alat bagi Iran untuk memperluas pengaruhnya di kawasan. Dengan meninggalnya Nasrallah, Iran mungkin akan berusaha untuk mempengaruhi siapa yang akan mengambil alih posisi kepemimpinan di Hizbullah, sehingga dapat memastikan bahwa organisasi ini tetap sejalan dengan tujuan strategis Tehran. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan negara-negara Teluk dan Israel, yang melihat Hizbullah sebagai ancaman yang terus-menerus dan dapat berpotensi memicu ketegangan lebih lanjut di kawasan.

Dari segi politik Lebanon, meninggalnya Nasrallah dapat menciptakan celah dalam dinamika kekuasaan yang ada. Hizbullah merupakan salah satu dari beberapa kekuatan politik di Lebanon, dan kehadiran mereka di parlemen memberikan suara penting dalam pengambilan keputusan nasional. Kehilangan sosok pemimpin yang karismatik seperti Nasrallah mungkin akan memengaruhi posisi tawar Hizbullah dalam koalisi politik yang ada.