Kedua negara itu telah saling mengerahkan pesawat pengebom berkemampuan nuklir ke Eropa Utara dan Asia Timur Laut, dengan persaingan militer yang juga meningkat di Kutub Utara yang mencair. Upacara tersebut juga diadakan setelah latihan tempur gabungan Rusia-China; Ocean-2024, yang melibatkan lebih dari 40 kapal perang, 120 pesawat, dan sekitar 90.000 personel—yang mencakup Samudra Pasifik dan Arktik, serta Laut Mediterania, Baltik, dan Kaspia.
Latihan perang tersebut merupakan bagian dari upaya Rusia dan China yang lebih luas untuk meningkatkan kerja sama militer, khususnya di Asia Timur, tempat kedua negara tersebut memiliki sengketa wilayah—Rusia dengan Jepang atas Kepulauan Kuril dan China dengan Jepang atas Kepulauan Senkaku. Permintaan China terhadap bahan bakar fosil Rusia telah mendorong ekonomi Rusia, yang mendapat sanksi berat sejak invasi Ukraina tahun 2022. Kedua negara itu melawan aliansi yang dipimpin AS di Pasifik.
Wakil Sekretaris Angkatan Udara AS Melissa Dalton pada hari Rabu mengatakan Washington menghadapi lingkungan keamanan yang “belum pernah terjadi sebelumnya”.
“Untuk pertama kalinya dalam sejarah negara kita, kita menghadapi dua pesaing strategis yang merupakan negara nuklir dengan persenjataan nuklir yang besar dan terus bertambah,” katanya tentang China dan Rusia dalam sambutannya di Konferensi Udara, Luar Angkasa dan Siber 2024 di dekat Washington DC.
Ketika dihubungi Newsweek untuk memberikan komentar tentang Divisi Kapal Selam ke-25 Rusia, juru bicara Pentagon menolak berkomentar, dan menyebutnya sebagai masalah intelijen.