Oleh: Rokhmat Widodo, Pengamat Timur Tengah, Kader Muhammadiyah Kudus
Hizbullah, sebagai salah satu aktor utama dalam politik dan keamanan Lebanon, telah mengalami berbagai tantangan dan situasi krisis yang memengaruhi strategi dan eksistensinya. Salah satu momen krusial yang baru-baru ini terjadi adalah serangan oleh Mossad, lembaga intelijen Israel, yang menargetkan posisi-posisi strategis Hizbullah di Lebanon. Serangan ini bukan hanya mengguncang keamanan fisik, tetapi juga memberikan dampak psikologis dan strategis yang mendalam bagi organisasi tersebut. Dengan demikian, penting untuk menganalisis bagaimana Hizbullah merespons dan merumuskan strategi baru pasca serangan ini.
Pertama-tama, kita perlu memahami konteks serangan Mossad yang terjadi. Israel, melalui berbagai operasi intelijen dan militer, berusaha untuk mereduksi kekuatan Hizbullah yang dianggap sebagai ancaman utama bagi keamanan nasional mereka. Serangan terbaru Mossad melalui alat komunikasi pager yang dimiliki anggota Hizbullah menimbulkan banyak korban. Duta Besar Iran di Beirut, Mojtabi Amani, dilaporkan terluka dalam ledakan masal pager di Lebanon pada Selasa (17/9). Demikian menurut televisi negara tersebut.
Dalam menghadapi situasi ini, Hizbullah harus melakukan evaluasi mendalam terhadap kekuatan dan kelemahannya untuk mempertahankan posisi strategisnya.
Salah satu langkah awal yang diambil oleh Hizbullah adalah memperkuat jaringan intelijennya. Dalam konteks ini, Hizbullah menyadari bahwa intelijen yang kuat merupakan kunci untuk mengantisipasi dan mencegah serangan di masa depan. Dengan mengintegrasikan teknologi canggih dalam pengumpulan dan analisis informasi, Hizbullah berusaha untuk menutup celah yang mungkin dimanfaatkan oleh Mossad. Ini mencakup peningkatan pelatihan bagi anggotanya dan penguatan kerja sama dengan sekutu regional, terutama Iran dan Suriah, dalam hal intelijen.
Selain itu, Hizbullah juga telah meningkatkan kemampuan militernya. Serangan oleh Mossad menunjukkan bahwa mereka tidak hanya mengandalkan serangan langsung, tetapi juga operasi rahasia yang dapat mengejutkan musuh. Dalam menghadapi ancaman tersebut, Hizbullah berupaya memperkuat sistem pertahanan dan meningkatkan kemampuan serangan balasan. Ini termasuk pemodernan persenjataan dan peningkatan taktik tempur, serta pengembangan kemampuan untuk beroperasi dalam lingkungan urban yang kompleks di Lebanon.
Di samping itu, Hizbullah juga fokus pada diplomasi dan propaganda untuk membangun citra positif di mata masyarakat Lebanon dan komunitas internasional. Dalam era informasi yang cepat, penting bagi Hizbullah untuk mengkomunikasikan narasi yang mendukung mereka dan menanggapi serangan dengan cara yang dapat mempengaruhi opini publik. Dengan memanfaatkan media sosial dan saluran berita, Hizbullah berusaha untuk memperkuat legitimasi mereka di mata rakyat Lebanon dengan menekankan peran mereka sebagai pelindung terhadap agresi Israel.
Taktik propaganda ini juga berfungsi untuk menggalang dukungan internasional, terutama dari negara-negara yang memiliki sikap anti-Israel. Dengan memperlihatkan bahwa mereka adalah korban dari serangan yang tidak beralasan, Hizbullah berharap dapat menarik simpati dan dukungan dari komunitas internasional, serta memperkuat posisinya di wilayah Timur Tengah yang penuh dengan gejolak. Pendekatan ini sangat penting, terutama mengingat situasi geopolitik yang semakin kompleks di kawasan tersebut.