Pasukan Berani Mati Pembela Jokowi yang akan mengadakan apel akbar di Jakarta mengingatkan sejarah keruntuhan Soekarno.
“Apel Akbar Pasukan Pembela Jokowi mengingatkan sejarah keruntuhan Soekarno akibat Gerakan September,” kata pengamat Politik dan Kebangsaan M Rizal Fadhillah kepada redaksi www.suaranasional.com, Ahad (8/9/2024).
Jokowi kini juga sedang sakit-sakitanĀ cemas menghadapi masa depan. Sindroma pasca lengser. Memandang dengan tatapan kosong nasib diri dan keluarga akankah bahagia atau sengsara ? Sementara kasus-kasus diujung terus mendera, mulai dari piknik Kaesang hingga fufufafa Gibran. Ijazah Hary Mulyono juga terus menghantui.
“Rupanya hal ini yang menyebabkan perlunya pasukan berani mati untuk membela Jokowi. Pasukan Sukodigdo disiapkan. Ironi karena ini melecehkan Pasukan Pengawal Presiden dan aparat keamanan yang memang masih harus menjaga Presiden Jokowi,” ungkapnya.
Unjuk massa para pembela Jokowi 22 September di Tugu Proklamasi dengan jumlah ribuan tentu mudah saja karena pembiayaan tidak masalah. Jokowi masih berkuasa kok, mampu menangani kalau saja diajukan proposal. Tapi masalahnya adalah pola itu rentan dan akan memancing konflik horizontal ke depan yang langsung atau tidak justru akan merugikan Jokowi sendiri dan keluarganya.
Kerugian yang sudah terbaca saat ini adalah kepanikan luar biasa Jokowi sehingga harus menyiapkan pasukan segala, sekurangnya merestui. Sedemikian menakutkannya situasi sehingga diperlukan Gerakan September menuju Oktober ? Paspampres sudah tidak berdaya atau diragukan loyalitasnya ?
Semestinya Jokowi bisa lengser dengan nyaman, namun nampaknya ia bimbang dan bingung.
“Jika Gerakan September digelindingkan, maka diprediksi akan muncul Gerakan Oktober. Sebagaimana dulu pada tahun 1965 setelah Gerakan PKI maka muncul Gerakan TNI yang menumpas PKI. TNI kini yang sepertinya diam namun ke depan akan banyak berbuat dan bergerak dalam rangka menumpas anasir-anasir pengganggu dan perusak Ideologi Pancasila,” pungkasnya.