PKS di Persimpangan Jalan

Oleh: Rokhmat Widodo, Pengamat Politik

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang mendukung Bobby Nasution di Pilgub Sumatera Utara (Sumut) dikritik banyak orang. Padahal selama ini, PKS terdepan dalam menolak dinasti politik Jokowi.

Sekjen PKS Aboebakar Alhabsy menyatakan dukungan terhadap Paslon Ahmad Luthfi-Kaesang makin membuat publik makin keras bahkan mem-bully partai yang didirikan kalangan aktivis dakwah ini.

Bukan hanya itu, PKS yang mendukung Paslon Ahmad Riza Patria-Marshel Widianto di Tangsel juga mendapat sorotan tajam masyarakat Indonesia. Warganet menilai PKS sudah tergiur uang dengan memberikan dukungan Ahmad Riza Patria-Marshel Widianto. Publik sudah mengetahui Marshel Widianto mempunyai catatan buruk pernah membeli video porno.

Ada juga yang mendukung langkah PKS sebagai bentuk pragmatisme politik yang wajar dalam sistem politik Indonesia.

Di satu sisi, dukungan PKS dapat dilihat sebagai upaya untuk berkontribusi dalam pemerintahan dan memastikan bahwa suara kelompok Islam tetap terdengar. Namun, banyak juga yang beranggapan bahwa dukungan ini mengkhianati prinsip-prinsip demokrasi dan keadilan yang selama ini diperjuangkan oleh PKS. Oleh karena itu, PKS perlu melakukan evaluasi yang mendalam terhadap persepsi publik dan menyesuaikan strategi politiknya agar tetap relevan dan diterima.

Dukungan PKS terhadap dinasti politik Jokowi memiliki beberapa implikasi signifikan. Pertama, dukungan ini dapat memperkuat legitimasi dinasti politik yang ada. Ketika PKS, sebagai partai Islam yang memiliki basis massa yang kuat, mendukung Jokowi, hal ini memberikan sinyal kepada pemilih bahwa dinasti politik tersebut dianggap sah dan diterima oleh elemen-elemen penting dalam politik Indonesia.

Kedua, dukungan PKS juga bisa berdampak pada perubahan arah politik partai itu sendiri. Dengan menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Jokowi, PKS mungkin akan kehilangan basis massa yang lebih konservatif yang mendambakan partai yang lebih oposisi. Hal ini berpotensi menciptakan ketegangan internal di dalam PKS yang harus dikelola dengan baik agar tetap harmonis.

Tantangan Internal

Dukungan terhadap dinasti politik Jokowi juga membawa tantangan tersendiri bagi PKS. Sebagai partai yang dikenal dengan basis ideologisnya, PKS perlu menjaga agar nilai-nilai partai tetap terjaga meskipun berada dalam koalisi dengan pemerintahan yang memiliki kecenderungan dinasti. Tantangan ini semakin besar ketika banyak kader dan anggota partai yang merasa bahwa dukungan terhadap Jokowi bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar mereka sebagai partai yang berjuang untuk keadilan sosial.

Dalam konteks ini, PKS harus melakukan strategi komunikasi yang efektif untuk menjelaskan posisi mereka kepada publik. Mereka perlu menunjukkan bahwa dukungan terhadap Jokowi tidak berarti mengesampingkan prinsip-prinsip perjuangan mereka. Hal ini harus diimbangi dengan upaya untuk tetap terlibat dalam isu-isu sosial yang menjadi perhatian publik agar PKS tidak kehilangan identitasnya.

Strategi PKS di Masa Depan

Menghadapi tantangan dan dinamika yang ada, PKS perlu merencanakan strategi yang matang untuk ke depannya. Pertama, mereka harus memperkuat basis massa dengan kembali menekankan nilai-nilai ideologis yang menjadi pilar perjuangan partai. Ini akan membantu mereka mendapatkan kembali kepercayaan dari anggota dan simpatisan yang mungkin merasa tersisih akibat dukungan terhadap Jokowi.

Kedua, PKS perlu mengembangkan kebijakan yang lebih inklusif untuk menjangkau berbagai elemen masyarakat. Dalam situasi politik yang semakin terbuka, PKS harus mampu beradaptasi dan menjalin kerjasama dengan berbagai kalangan, baik dalam pemerintahan maupun di luar pemerintahan. Hal ini akan memperkuat posisi PKS sebagai partai yang berkomitmen untuk menciptakan kesejahteraan bagi seluruh rakyat.