Bahlil Dicongkel dari Ketum Golkar Pasca Jokowi Lengser?

Oleh : Ahmad Khozinudin, Sastrawan Politik

Sejumlah kader Golkar, menggugat hasil Munas ke-X1 di JCC Senayan yang menempatkan Bahlil Lahadalia sebagai Ketum Golkar, mengatakan bahwa gugatan itu dilakukan, karena penyelenggaraan Munas XI Partai Golkar dianggap sudah melanggar AD/ART Partai Golkar. Berdasarkan ketetapan Hasil Munas X Golkar Tahun 2019 lalu, Munas selanjutnya diselenggarakan 5 tahun berikutnya yakni di bulan Desember 2024.

Namun karena ada intervensi tukang kayu, yang diakui pula oleh Bahlil bahwa dirinya maju Munas didukung penguasa, akhirnya Munas diselenggarakan lebih cepat yakni tanggal 20 Agustus 2024. Munas ini bisa disebut prematur, dan seluruh keputusan Munas termasuk penetapan Bahlil Lahadalia sebagai Ketum, tidak sah dan bisa dibatalkan.

Hanya saja, Bahlil tentu akan bermanuver cepat. Yakni segera menyusun struktur pengurus DPP Partai Golkar, agar dapat segera didaftarkan dan disahkan oleh Kemenkumham, yang beru saja diganti oleh Jokowi. Dengan begitu, Bahlil bisa segera melakukan kocok ulang rekomendasi Pilkada yang diterbitkan Partai Golkar.

Namun bisa juga, gugatan dibuat kader Golkar untuk bernegosiasi dengan Bahlil. Agar mereka masuk jajaran struktur DPP Golkar, mendapat rekomendasi Pilkada, dapat posisi tertentu, atau negosiasi lainnya.

Sepanjang Jokowi masih berkuasa, Bahlil masih bisa bergelantung dan mencari perlindungan pada kekuasan Jokowi. Namun, saat Jokowi lengser, penggugat memenangkan perkara hingga kasasi, maka SK pencabutan pengurus DPP Golkar bisa setiap saat diterbitkan dan Golkar akan segera menggelar Munaslub.

Sebenarnya, harusnya kemarin Bahlil mengadopsi Munaslub untuk melegitimasi Munas yang dimajukan lebih cepat. Sehingga, steril dari peluang digugat dan dipersoalkan.

Atau Agus Gumiwang ditetapkan sebagai Plt Ketum Golkar hingga Desember 2024, dan Munas dilaksanakan sesuai jadwal bulan Desember 2024. Namun, karena intervensi tukang kayu dan syahwat berkuasa Bahlil, akhirnya Munas dipercepat.

Nasib Golkar hari ini, benar-benar terhina dan digergaji oleh tukang kayu. Golkar sebagai partai besar, ternyata mudah dikerjai oleh rezim kekuasan.

Nasib yang dialami Golkar saat ini, membuktikan bahwa dekat dengan kekuasaan bukan berarti aman. Bahkan, dekat dengan kekuasan malah menjadi korban.

Sejumlah elit Golkar seperti Jusuf Kalla, Akbar Tanjung, Agung Laksono, Aburizal Bakri hingga Luhut Panjaitan juga tak berdaya digarap tukang kayu. Golkar, seperti memakan buah karma atas kesetiaan melayani rezim tukang kayu.

Luar biasa, di era tukang kayu seluruh parpol dipecah belah. Ormas diadu domba. Habaib dan kiyai diadu domba via isu nasab. Sungguh, tak ada kerusakan yang lebih parah ketimbang kerusakan rezim tukang kayu ini. [].