Oleh: Ahmad Basri, Ketua K3PP Tubaba
Menjelang hari Hari Kemerdekaan RI yang ke 79, kita semua dibuat miris oleh pernyataan Presiden Jokowi, bahwa Istana Merdeka (Jakarta) Istana Bogor berbau “ amis “ kolonial, produk dari bangunan penjajah Belanda, yang mana dua bangunan istana tersebut, dalam sejarahnya merupakan tempat tinggal para Gubernur Jenderal.
Logika berpikir – pernyataan Presiden Jokowi, sepintas memang benar, bahwa dua istana tersebut merupakan produk peninggalan kolonial Belanda. Tidak hanya “ istana “ yang menjadi produk peninggalan Belanda, banyak sekali peninggalan produk bangunan Belanda, tersebar di dimana – mana, yang hingga saat ini masih dapat dipergunakan.
Menariknya, semua Presiden setelah Indonesia Merdeka 1945, dua istana tersebut, hingga kini menjadi tempat untuk segala macam kegiatan kenegaraan. Dua istana ( Istana Merdeka – Istana Bogor tidak sebatas sebagai produk peninggalan Belanda. Namun memiliki makna simbol yang penuh historis kesejarahan bagi perjalanan Bangsa Indonesia.
Jangan lupa kain Bendera Merah Putih, yang setiap saat kita kibarkan, khususnya di hari menjelang kemerdekaan 17 Agustus, menjadi simbol produk perlawanan terhadap kolonial Belanda. KUHAP/KUHP ( Pidana – Perdata ) sejarahnya juga merupakan produk peninggalan kolonial Belanda.
Pernyataan Presiden Jokowi yang menilai dua istana, Istana Merdeka – Istana Bogor, bau “ amis “ kolonial Belanda, menunjukan bahwa dirinya “ minus “ nilai – nilai sejarah kebangsaan. Dua istana tersebut sesungguhnya merupakan simbol sejarah perjalanan bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan dan mampu mengusir penjajah.
Di balik pernyataan Presiden Jokowi tersebut dapat dimaknai, dirinya sesungguhnya ingin menunjukan, bahwa bangunan IKN – Ibu Kota Negara, yang kini sedang dalam proses pembangunan, merupakan karya dirinya sendiri – karya seorang presiden, sedangkan Presiden lainnya terdahulu tidak mampu melakukannya.
Pesan itu yang sesungguhnya sedang disampaikan oleh Presiden Jokowi, kehadapan publik secara luas, diakhir masa jabatannya berakhir. Ada semacam “ ketakutan “ yang begitu mendalam, dalam diri seorang Jokowi, di akhir kekuasaan jabatannya berakhir, bahwa karya pembangunannya “ IKN “ akan menjadi benda purbakala “ mangkrak “ tidak lagi dilanjutkan oleh presiden selanjutnya.
Ketakutanlah yang sesungguhnya bisa dipahami, mengapa sampai mengatakan bahwa, Istana Merdeka – Istana Bogor tidak layak untuk menjadi “ simbol “ kebangsaan karna produk dari sejarah kolonial Belanda. Yang pantas menjadi kebanggaan adalah “ IKN “ sebagai produk orisinil yang pantas menjadi “ simbol “ masyarakat Indonesia.
Harus diakui memang dari seluruh presiden yang ada selama ini, memang Presiden Jokowi memiliki karakter yang sedikit “ nyeleneh “ dan cenderung asal nguap. Kata ucapan “ janji “ setidaknya, yang penuh retorik dan kepalsuan, serta kebohongan, sudah begitu melakat dalam dirinya.
Inilah salah satu jejak sejarah peninggalan Presiden Jokowi setelah “ lengser “ menjadi Presiden. Bisa jadi bangunan istana kepresidenan “ IKN “ akan menjadi simbol istana pencitraan kebohongan, paling spaktakuler dengan menghabiskan biaya anggaran ratusan triliun. IKN produk dari hasil pemimpin pembohong. Rakyat memiliki hak untuk menilainya, sebagaimana Presiden Jokowi menilai dua istana – istana merdeka dan bogor.