Presiden Joko Widodo (Jokowi) seorang pemimpin yang omongannya tidak bisa dipercaya. Jokowi menjalankan kekuasaan tanpa kontrol dari legislatif.
“Jokowi tak hanya menjadi pemimpin politik yang bicaranya tak bisa dipegang. Penuh sandiwara,” kata Guru Besar Unair Prof Henri Subiakto di akun X (Twitter), Rabu (14/8/2024).
Kata Henri, Jokowi menyandera partai-partai politik dan para politisi korup. Membuat lembaga legislatif dan yudikatif tak bisa mengontrol kekuasaan. Mereka tidak berdaya menghadapi keinginan dan skenario kekuasaan.
Jokowi bukan hanya menyiapkan dinastinya untuk meneruskan kekuasaan, tapi juga telah membuat nepotisme itu seolah sesuatu yang wajar, dan tidak melanggar.
“Padahal KKN (di dalamnya ada Nepotisme) adalah musuh gerakan reformasi. Itu yang kami kritisi dan kami lawan walau harus berseberangan dengan para buzzer, dan pemuja setianya,” paparnya.
Politik sekarang tanpa malu, terang-terangan memupuk nepotisme. Anak-anak, mantu, kerabat difasilitasi dan didorong menjadi pejabat. Seolah lewat “prosedur demokrasi” tapi sebenarnya dilakukan dengan cara-cara yang tak layak terjadi jika para pelaku dan pendukung punya hati nurani.
“Jokowi yang awal 2014 dan 2019 jadi simbol rakyat kecil, simbol demokrasi dan simbol reformasi, berubah menjadi simbol penguasa yg melecehkan demokrasi. Simbol Penguasa yang menyepelekan reformasi. Presiden yang mengabaikan etika dan hati nurani,” pungkasnya.