Oleh: Sutoyo Abadi
Terasa Indah sepenggal bait suara kidung bahwa “malam tiba setelah melewati masa senja, redup, temaram akhirnya datang situasi gelap. Adalah siklus alam menggambarkan tahapan waktu berbeda dan ahirnya matahari terbenam dan kegelapan turun”
Siklus bergantian waktu tak perlu berjanji untuk datang dan kembali. Dia hanya butuh waktu alam akan menepati. Berbeda dengan manusia menaruh harapan dan kepastian seiring pergantian waktu kadang sangat menyakitkan.
Akan lebih gila pada seorang penguasa merasa waktu dalam genggamannya tidak ingat dan sadar bahwa kegelapan itu peringatan alam untuk menguji sebuah kesetiaan dan ketaatan kepada Tuhan YME.
Kesetiaan dan ketaatan itulah namanya “amanah”. Lakunya adalah berbuat, dan bertindak jujur, adil dan amanah sesuai sumpah jabatannya.
Dari kelalaian seorang penguasa yang lupa dengan siklus waktunya, langsung berubah menjadi tiran, kejam, bengis, tuli dan buta rakyatnya yang merintih akibat ulahnya yang gila kekuasaan, hedonis menindas rakyatnya.
Keadaan menjadi sangat menyedihkan karena dalam siklus waktu kehidupannya, rakyat dipaksa pasrah dengan nasib yang harus diterimanya, kesedihan, kesulitan, kelaparan berpacu dengan waktu dalam ketidak pastian
Terlalu sederhana menumpahkan kegelapan negara pada sebab lain sekedar membela diri, toh akhirnya temaram lenyap di alam kegelapan
Merintih, menangis bahkan meminta maafpun akan sia sia, ketika sudah di alam kegelapan. Negara tak tahu lagi arah, tak lagi memiliki kompas kehidupan. Semua terjadi karena dirinya sendiri sebagai penguasa yang pongah, sombong, bodoh dan buta sejarah perjalanan bangsa dan tujuan negaranya.
Tidak paham alam akan berganti sesuai kodratnya. Demikianlah seorang penguasa akan jaya atau hancur dalam menapaki sejarah kehidupannya.
Sesuai kehendak alam sering terjadi siklus akan datang kekuasaan yang lebih baik pada suatu kaum setelah generasi penguasa tiran bysebelumnya dihancurkan dulu dari kegelapannya.
Mungkinkah negara ini akan dikembalikan dari kegelapannya, setelah melewati kehancurannya secara total sebagai pelajaran bagi para pemimpinnya yang sudah lengah dari wewaler para pejuang pendiri bangsa ini.
Jokowi mestinya sadar bahwa : “Demi waktu manusia dalam kerugian kecuali yang selamat karena tetap setia menempuh jalanya Sang Pencipta”. Nampaknya itu tidak ada dalam dirinya karena Tuhan pun sudah tidak ditakuti.