Oleh : Ahmad Khozinudin, Sastrawan Politik
Kalau ada buaya mengeluarkan air mata, jangan tertipu. Buaya itu tidak sedang bersedih, bahkan dia sedang gembira dan bahagia bukan kepalang.
Konon, ketika buaya mendapatkan mangsa yang besar, maka dia harus membuka mulut dan gerahamnya lebih lebar. Tindakan ini, memicu penyempitan selaput mata, dan menyebabkan buaya mengeluarkan air mata. Jadi, air mata buaya itu mengkonfirmasi buaya melahap mangsa (makanan) yang besar.
Kalau ada buaya sedang mengeluarkan air mata, jangan buru-buru simpati, apalagi empati. Karena sejatinya dia tidak sedang bersedih, bahkan sedang gembira dan bahagia karena memperoleh mangsa yang besar.
Terkait permintaan maaf Jokowi, yang kabarnya sampai Jokowi menangis, muncul satire Netizen, yang menyebut tangisan Jokowi sebagai air mata buaya. Jadi, rakyat tak perlu simpati, apalagi empati.
Ungkapan air mata buaya, dalam kultur (urfiyah) keseharian dimaknai sebagai air mata palsu, kedukaan semu, tangisan isapan. Artinya, pelakunya tidak sedang bersedih, tetapi sedang menipu publik.
Dalam kasus Jokowi, penipuan air mata buaya itu dapat terbaca melalui beberapa indikator, diantaranya:
Pertama, Jokowi baru minta maaf dan menangis, jelang lengser 20 Oktober 2024. Padahal, kesalahan Jokowi banyak dan sudah periode pertama menjadi Presiden, soal ijazah palsu saja Jokowi tidak pernah meminta maaf atau menunjukan ijazah aslinya.
Jadi, tangisan Jokowi lebih terbaca sebagai satu ketakutan akan hukuman pasca lengser. Karena dia sadar, tak ada seorang pun rakyat yang ridlo dizalimi oleh kebijakannya.
Kedua, Jokowi tidak menyebutkan kesalahan. Tanda tulus meminta maaf, itu mengakui kesalahan. Spesifik menunjukan kesalahan, dan bertaubat tidak akan mengulangi kesalahan.
Jokowi, tidak menyebutkan kesalahan yang mana. Apakah kesalahan atas tragedi KM 50? Kriminalisasi ajaran Islam Khilafah? Pembungkaman HTI & FPI ? Kriminalisasi ulama & aktivis? Utang yang menumpuk? Korupsi yang parah? Bancakan tambang?
Jadi, orang yang meminta maaf atas sesuatu yang tidak jelas, itu seperti orang mandi tanpa mengunakan air meskipun hanya seciduk. Alih alih bersih, basah pun tidak.
Lagipula, Jokowi mau lengser. Setelah lengser, dia pasti tidak bisa berbuat zalim lagi. Karena kekuasaan yang dimiliknya, yang menjadi sarana dia berbuat zalim.
Jadi, tak perlu berjanji tidak akan mengulangi. Karena sebentar lagi, 20 Oktober 2024 Jokowi lengser, dan tak akan bisa berbuat zalim lagi.
Ketiga, ngomongnya minta maaf, tapi terus berbuat zalim. Belum lama ini, Jokowi teken PP remaja pakai kondom. Ini merusak generasi muda Indonesia.
Lalu, apa fungsi Jokowi menetaskan air mata? Kalau kebijakannya tetap zalim kepada rakyat? Merusak generasi masa depan bangsa?
Sudahlah, tidak perlu percaya air mata buaya. Karena percaya pada buaya, sama saja menambah rusak hati dan bikin rakyat tambah sengsara. [].