Pintu Kehancuran Indonesia di Bawah Jokowi di Depan Mata

Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih

Kemunduran, keruntuhan dan kehancuran peradaban di Nusantara merupakan cermin dari benturan peradaban yang di alami setelah masing masing berada pada masa kejayaan, kemudian gagal menghadapi masa krisis dan kritis.

Masing masing memiliki zona waktunya sendiri, keterkaitan dengan tanda tanda akan terjadinya kemunduran, kejatuhan dan kehancurannya.

Para sejarawan akan merujuk kejadian masa lalu dan masa kini akan dilihat ciri, bentuk, karakter, simbol simbol yang muncul dan sedang terjadi.

Tidak akan ada satupun negara akan eksis secara sempurna, kecuali ditegakkan oleh pemerintah ( penguasa ) yang mendukungnya. Sebaliknya apabila penguasa justru ikut merongrong  maka kemunduran, kejatuhan dan kehancurannya akan berjalan lebih cepat.

Bangsa Indonesia mempunyai dasar negara Pancasila yang digali dari peradaban dan pandangan hidup bangsa Indonesia sendiri dan bersumber dari kepribadian bangsa Indonesia, dihancurkan oleh penguasa yang buta sejarah.

Akan menjadi saksi sejarah negara akan terus dalam kesulitan, berujung kegelapan, kemunduran dan kehancurannya

Indonesia sudah terjebak praktek liberalisasi. Pertarungan pemikiran, politik, ideologi antara penikmat pro liberalisasi dan kembali ke UUD 45 tiada henti semakin tajam, keras seperti tidak akan ada titik temu. Itulah tanda tanda kehancuran yang nyata.

Itu  terjadi akibat hegemoni kekuatan yang maha dahsyat kekuatan kapitalis dengan kekuatan oligarki dan RRC ( Cina ) yang makin membesar dan kuat menancapkan tajinya di Indonesia.

Dalam kajian hancurnya peradaban baik oleh  Toynbee dan Ibnu Khaldun, datang, proses kejadiannya bukan dari luar tetapi lebih dominan dari dalam diri sendiri.

Tanda tandanya akan kelihatan dan di tampakkan dari pola hidup para penguasa yang hedonis, hidup mewah, mementingkan diri dan dinastinya. Terus berbohong sampai puncaknya akan menjual kedaulatan negara.

Negara yang telah hancur pasti di tandai pejabat/penguasa yang rakus mencari kekayaan secepatnya dengan segala cara, kemewahan dunia, tindakan amoral, pelanggaran hukum, penipuan, berjudi, menggelapkan dan suka  melanggar sumpahnya.

Kehancurannya di ciptakan sendiri oleh penguasa zalim menciptakan kondisi layak kalah dan hancur ( al-qobiliyah lil-hazimah ).

Pada 11 Agustus 1951 M. Nasir menulis sebuah artikel berjudul ‘Jangan Berhenti Tangan Mendayung, Nanti Arus Membawa Hanyut”. Nampaknya negara ini akan hanyut.

Para pendiri bangsa di alamnya menangis melihat penguasa saat ini dengan sombong dan teganya menenggelamkan, mencabik-cabik, menghancurkan tujuan dan cita negara. Malah bangsa sebagai budak oligarki.

Tanda tanda kehancuran sudah didepan mata,  tergantung pada pemimpin dan penguasa,  semua akan terjadi ketika :

– penguasa sudah tuli
– taipan oligarki itu penjajah negeri ini
– taipan kapitalis dianggap Nabi
– apa kalian sudah buta hati
– jangankan pedoman konstitusi
– semua sudah di kebiri
– Tuhan pun sudah tidak di takuti
– kalian penguasa berbau PKI
– bangsa ini tidak sudi dijajah oligarki

Simak berita dan artikel lainnya di Google News