Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)
Jokowi mau buat gebarakan baru dengan meluncurkan bisnis Family Office? Hampir dipastikan bakal gagal dan hanya akan jadi proyek halusinasi Jokowi.
Family Office atau arti harfiahnya kantor keluarga adalah perusahaan swasta yang menangani manajemen investasi dan manajemen kekayaan untuk keluarga kaya, umumnya keluarga yang memiliki aset yang dapat diinvestasikan setidaknya $50–100 juta (sekitar 800 miliar – 1,6 triliun rupiah ?) dengan tujuan untuk menumbuhkan dan mentransfer kekayaan secara efektif antar generasi.
Negara-negara yang sukses menjalankab bisnis ini adalah Amerika, Swiss, Singapura, Hongkong dan Monaco.
Berikut bedanya family office di Indonesia dengan di 5 negara di luar negeri :
1. Amerika Serikat
Sebagai pemimpin dalam industri keuangan global, Amerika Serikat menjadi rumah bagi beberapa family office terbesar di dunia. Dengan beragamnya opsi investasi dan infrastruktur keuangan yang kuat, AS menawarkan lingkungan yang kondusif bagi family office untuk berkembang.
2. Swiss
Swiss dikenal sebagai salah satu pusat keuangan terkemuka di dunia, dan negara ini telah lama menjadi tujuan utama bagi family office. Keamanan politik dan keuangan yang tinggi, serta kerahasiaan yang dijamin oleh undang-undang, membuat Swiss menjadi tempat yang sangat menarik bagi individu kaya untuk menempatkan kekayaan mereka.
3. Singapura
Sebagai pusat keuangan terkemuka di Asia, Singapura menarik banyak family office dari seluruh dunia. Dengan regulasi yang ramah dan infrastruktur keuangan yang canggih, Singapura memberikan lingkungan yang ideal bagi family office yang ingin beroperasi di kawasan Asia.
4. Hong Kong
Sebagai pintu gerbang keuangan utama ke China dan Asia, Hong Kong menarik banyak family office yang tertarik untuk memanfaatkan peluang investasi di kawasan tersebut. Meskipun ada ketegangan politik baru-baru ini, Hong Kong tetap menjadi destinasi menarik bagi family office karena infrastruktur keuangannya yang kuat.
5. Monaco
Dikenal karena pajak yang rendah dan privasi yang tinggi, Monaco telah menjadi tujuan yang populer bagi family office dari Eropa dan seluruh dunia. Negara kecil ini menawarkan lingkungan yang eksklusif dan mewah bagi individu kaya untuk mengelola kekayaan mereka dengan tenang.
Permasalahan yang sedang dihadapi oleh rezim Jokowi bukan masalah tidak ada investor, tapi investor yang ada pada kabur, investor yang di luar tidak mau masuk. Seharusnya jokowi sadar atas semua kondisi ini, tidak terus menerus berhalusinasi.
Paling tidak ada lima faktor yang akan jadi penyebab gagalnya bisnis family office ini :
Pertama, Pribadi Jokowi sudah tidak dipercaya oleh para investor, mau kecil apalagi besar*
Kedua, Pemerintah Jokowi sudah dianggap tidak aman bagi para investor
Ketiga, Hukum di Indonesia sudah keluar dari jalur (out of the track) yang benar dan bormal
Keempat, Korupsi di Indonesia sudah sampai taraf ugal-ugalan menjadikan iklim investasi tidak kondusif sehinga semua investor pasti takut untuk berinvestasi di Indonesia
Kelima, Ambisi, keserakahan, kesombongan, dan kebodohan Jokowi menjadikan negara tanpa norma dan etika bahkan sudah mengarah mrnjadi negeri barbar sehingga semua investor pasti takut masuk
Jika iklim investasi masih baik, pasti para investor berbondong-bondong masuk ke Indonesia, termasuk ke IKN. Dengan tabit Jokowi yang terus berbohong ditambah tidak punya kemampuan mengelola negara, maka yang masuk Infmdonesia bukan investor, tapi para maling, rentenir, penipu, mafia, bandar judi, miras, dan narkoba yang “dilegalkan” karena Jokowi butuh dana untuk menutupi kebijakannya yang biking bangkrut negara
Sebagaimana investor di IKN yang katanya over subcribe tapi nyatanya nihil, akan sama halnya dengan bisnis family office ini, cuma jadi heade line sesaat, sebentar lagi akan menghilang ditelan bumi. Akhirnya bisnis family office ini jadi halusinasi Jokowi saja.
Bandung, 27 Dzulhijjah 1445