Di akhir jabatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) makin kacau dengan mengubah konstitusi demi anaknya maju menjadi calon wakil presiden dan kepala daerah. Jokowi ingin melanggengkan kekuasaan melalui anak, mantu bahkan cucunya.
“Perilaku Presiden bahwa di akhir masa jabatannya makin kacau. Bukan hanya kesan tetapi benar benar dirasakan, bukan katanya tetapi benar benar fakta, sebagian rakyat merasa kesal,” kata Koordinator Kajian Politik Merah Putih Sutoyo Abadi kepada redaksi www.suaranasional.com, Selasa (11/6/2024).
Kata Sutoyo, rakyat muak menyaksikan polah tingkah Presiden Jokowi sebagai pengendali pengelola negara tanpa pakem dan liar.
“Jangankan terkait norma, etika, sopan santun, adab kendali konstitusi di mainkan seenaknya. Semua yang menghalangi kepentingan diri, keluarga, kroni dan gengnya dirombak. Bahkan Presiden buka lapak grosir Keppres, Perpres, Inpres dan instrumen hukum dalam kekuasaannya diobral murah sebagai amunisi pertahanannya,” ungkapnya.
Menurut Sutoyo, Presiden Jokowi sama sekali tidak peduli dengan kritik, petisi, demo, semua dianggap remeh.
“Jokowi seorang jawa yang tidak njawani. Kita pakai sindiran atau sanepo jawa, untuk mewakili perasaan kesal dan muak atas perilaku Jokowi yang sudah mengeras hati dan perasaanya,” tegas Sutoyo.
Menghadapi Presiden Jokowi yang makin kacau, kata Sutoyo ada dua cara. pertama, melakukan perlawanan total sekali bergerak rezim harus rontok.
“Kedua, kalau itu belum mampu, sementara istirahat total menunggu Jokowi habis masa jabatannya, begitu turun selesaikan dengan tuntas,” pungkasnya.