Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)
Upaya pembusukkan politik oleh rezim Jokowi yang ditopang oligarki taipan dan China komunis sudah sangat parah.
Hakim-hakim MK yang semula diharapkan jadi pahlawan penyelamat bangsa, tapi belakangan ini justru ada kekhawatiran kembali kepada pola lama, hanya akan bersandiwara saja ?
. Para pakar hukum tata negara, seperti Denyy Inrayana dan pengamat politik seperti Hersubeno Arief yang semula yakin kalau gugatan Paslon 01 dan 03 bakal diterima, baik keseluruhan maupun sebagian, kini justru malah pesimis kalau hakim MK punya nyali melawan rezim.
Bagaimana dengan partai-partai pendukung perubahan ? Sepertinya parpol-parpol pendukung Perubahan sudah ada yang menyerah duluan, bahkan ada yang sudah mengakui Anies kalah dan memberi peluang untuk maju di Pilgub DKI.
Tampaknya semangat Partai pengusung perubahan sudah ada yang mulai luntur dan merasa sudah mendapat keuntungan dari mencapreskan Anies karena perolehan suara di DPR sudah naik.
Tentunya tidak demikian dengan para pendukung setia Anies. Para pendukung setia Anies akan tetap setia apa pun yang bakal diputuskan MK.
Para pendukung setia Anies bukan berjuang untuk mencari kemenangan _ansich,_ yaitu kemenangan dengan menghalalkan segala cara, tapi kemenangan yang ingin diraih adalah kemenangan terhormat dan hakiki, kemenangan yang diridhai Allah dan membawa barakah.
Jika ada partai yang mau bergabung dengan Prabowo yang sudah jelas-jelas menang dari Pilpres curang, silakan, itu hak mereka. Tapi kami akan tetap bersama Anies, sekalipun misalnya Anies tidak menjabat apa pun. Anies tetap Presiden kami yang sesungguhnya.
Politik transaksional memang tujuannya hanya mengejar jabatan dan kekuasaan, tapi melupakan nilai-nilai moral, etika bahkan kebenaran.
Kami hanya ingin berjuang untuk membela kebenaran, keadilan, dan kesejahteraan rakyat tanpa harus tunduk dan ngemis-ngemis kepada oligarki taipan dan China komunis.
Jika Prabowo tetap dimenangkan dengan meligitimasi kecurangan, sebenarnya hanya akan mendatangkan malapetaka bagi bangsa Indonesia. Bukan saja lantaran Indonesia masih dijajah dan dikendalikan China, tapi seorang Prabowo yang _track recordnya_ buruk justru yang tampil sebagai pemimpin.
Bagi rakyat yang masih waras dan berhati nurani, estafeta kepemimpinan Jokowi kepada Prabowo yang sama-sama dalam kendali China, tidak akan membawa perubahan kebaikan apa pun bagi rakyat.
Dalam kondisi Anggaran minus, hutang yang menggunung, jika Program makan siang akan direalisasikan, dipastikan ada aspek lain yang dinaikkan : pajak, TDL, BBM, harga barang, atau subsidi berbagai kebutuhan pokok akan dihapus atau dikurangi. Lalu untungnya bagi rakyat apa ?
Ini prediksi jika Prabowo memimpin Indonesia :
Pertama, Indonesia masih “dijajah” China
Kedua, TKA China akan terus membanjiri Indonesia
Ketiga, Kekayaan alam Indonesia akan terus dikeruk China
Keempat, Warga China tetap jadi warga kelas 1, sedangkan WNI jadi warga kelas 2
Kelima, Pajak dan harga-barang akan terus naik
Keenam, Ekonomi mikro tidak akan bertumbuh sehingga ekonomi lesu dan kehidupan rakyat kecil tetap terpuruk
Ketujuh, Mencari kerja semakin sulit dan PHK massal akan terus berlangsung
Kedelapan, Hutang akan makin bertambah sehingga makin bergantung kepada China
Kesembilan, Kehidupan umat Islam tidak akan lebih baik, masih terjadi persekusi dan kriminalisasi terhadap para ulama
Kesepuluh, Korupsi akan terus meraja lela dan hukum tetap tumpul hanya menyasar kepada lawan politik dan rakyat kecil
Sampai kapan Indonesia mau berubah kearah yang lebih baik ?Mungkin ini hukuman Allah kepada bangsa Indonesia yang malas, tidak peduli keadaan bangsa dan negara, tidak mau berjuang, dan dihinggapi penyakit wahn (cinta dunia dan takut mati).
Hanya pertolongan Allah yang bisa menyelamatkan Indonesia. Dan pertolongan Allah itu akan datang kalau orang beriman mau menolong Agama Allah.
Sudah layakkah bangsa Indonesia ditolong Allah ?