Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi biang kerok kerusakan bangsa dengan memanipulasi konstitusi untuk melanggengkan kekuasaan dengan menempatkan putra sulungnya Gibran Rakabuming Raka (Gibran) menjadi calon wakil presiden (cawapres).
“Biang kerok persoalan bangsa ini Jokowi. Ini manusia tidak bisa diingatkan secara persuasif, teguran dan sindiran. Harus digusur. Untuk menggusur dibutuhkan kekuatan rakyat,” kata mantan Danjen Kopassus Mayjen (Purn) Soenarko kepada wartawan beberapa waktu lalu.
Soenarko meminta rakyat Indonesia bersatu untuk memakzulkan Presiden Jokowi. “Mari kita bersatu. Gusur dan ganti Jokowi,” jelas Soenarko.
Setelah Jokowi dimakzulkan, kata Soenarko dilaksanakan pemilu tanpa melibatkan Prabowo-Gibran. “Maka kita laksanakan pemilu yang bersih dengan mendiskualifikasi 02 yang terlibat dalam kecurangan ini,” ungkapnya.
Pakar ekonomi Didin S Damanhuri, mengatakan penyalahgunaan kekuasaan Jokowi terlihat dari mobilisasi aparat TNI, Polri, kepala dinas, kepala desa. Pengalahgunaan kekuasaan juga dilakukan dengan membagikan bantuan sosial di seluruh daerah dan secara vulgar memerintahkan dukungan pasangan Prabowo-Gibran.
Ia juga mengatakan, kecurangan pemilu terjadi terstruktur, sistematis dan masif yang direncanakan sejak awal. “KPU meloloskan putra Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, lolos menjadi cawapres,” kata Didin.
Jokowi juga dituding memobilisasi lembaga survei menjelang pencoblosan, dengan mendanai melalui dana CSR BUMN. “Lembaga survei melakukan manipulasi survei dengan cara memanipulasi metode sampel, yang telah dipersiapkan respondennya di wilayah tertentu,” ujar Didin.