Pemiihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2027 yang dimenangkan Anies-Sandiaga memunculkan pembelahan di masyarakat dan mengarah pada isu suku, agama, ras dan antar-golongan (SARA).
“Pilkada DKI 2017 apapun adalah salah satu pemicu pembelahan,” kata politikus Gelora Fahri Hamzah di akun X, Rabu (27/12/2023).
Fahri mengatakan seperti itu menanggapi berita dari viva berjudul “Sandiaga Ingatkan Anies tak Buka Lembaran Lama: Bisa Menimbulkan Perpecahan”
Fahri mengatakan, elite politik tidak boleh menebarkan perpecahan saat Pemilu dan Pilpres.
“Elite harus sadar untuk terus menerus memperbaiki persatuan. Pemilu adalah proses rutin yang ukurannya adalah kinerja dan prestasi yang kasat mata. Sentimen SARA kita hentikan,” jelasnya.
Hasil survei LSI Denny JA menegaskan mayoritas publik tidak ingin perpecahan di tengah masyarakat terulang kembali pada Pilpres 2019. Publik disebut tak ingin perpecahan seperti di Pilgub DKI 2017 kembali terulang.
Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby, mengatakan sebanyak 72,5 persen publik tidak menginginkan perpecahan di tengah masyarakat terulang kembali pada Pilpres 2019. Hal ini diungkapkan Adjie saat memaparkan hasil survei LSI yang bertajuk ‘Pasangan Capres dan Cawapres Pasca-Pilkada 2018’ di Kantor LSI, Jl Pemuda, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (10/7/2018).
Survei dilakukan terhadap 1.200 responden pada periode 28 Juni hingga 5 Juli 2018 dengan metode multistage random sampling di 33 provinsi Indonesia dengan margin of error survei +/- 2,9 persen.
“Pilpres akan segera dimulai, publik pernah merasakan situasi di mana kehidupan berbangsa seakan terbelah karena Pilkada DKI Jakarta 2017. Dari hasil survei kita, mayoritas publik, 72,50 persen, tidak ingin pembelahan publik pada Pilkada DKI 2017 terjadi pada Pilpres 2019. Hanya 18,50 persen yang tidak mempersoalkan pembelahan publik terjadi di Pilpres 2019. Dan sisanya 9 persen menjawab tidak tahu,” kata Adjie.
Ia mengungkapkan pembelahan persepsi publik terjadi antara pendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Anies Baswedan, yang saat ini menjabat Gubernur DKI Jakarta. Perpecahan tersebut, menurutnya, sampai dibawa ke urusan pribadi masyarakat.
“Pada waktu itu pembelahan di publik cukup besar antara yang mendukung Ahok dan yang tidak mendukung Ahok. Hampir semua terbelah, di lingkungan pertemanan, teman ini mendukung Ahok, kelompok teman lainnya nggak mendukung. Bahkan itu sampai ke lingkungan kerja, ke lingkungan keluarga juga terpecah,” jelas dia.