Oleh: Nana Sudiana (Direktur Akademizi & Associate Expert FOZ)
Bila publik dan media belum dirasakan mengetahui kiprah peran para amil zakat di negeri ini, tetaplah fokus pada amal nyata solusi bagi umat. Boleh jadi, jejak kaki para amil zakat Indonesia telah mengukir sejumlah amal nyata di berbagai tempat dan momen termasuk dalam peristiwa bencana dan kejadian kemanusiaan, tersapu ombak di pasir kehidupan umat. Namun, di ketinggian langit, seluruh amalnya tak sedikit pun dilupakan. Ada pencatat yang tak pernah tidur dan lelah, yang atas perintah-Nya menjadi pemutus seberapa sungguh-sungguh dan ikhlas atas amal yang dilakukan para dalam ikatan kebersamaan sebagai bagian gerakan zakat Indonesia.
Siapa pun amil zakat yang ada saat ini, sudah saatnya berdiri bergandengan tangan mewujudkan mimpi besar gerakan Indonesia, yakni menyejahterakan umat dan memudahkan semua urusannya. Amil yang telah berjanji setia dan rela bekerja bersama dalam balutan ukhuwah sejati sebagai hamba Allah yang pada janji-janji-Nya, maka mari memastikan diri layaknya tentara Muhammad al-Fatih yang menjadi pasukan terbaik dengan pimpinan terbaik yang Allah hadirkan.
Ingatlah, bagian kisah al-Fatih seusai Konstantinopel takluk lalu Muslimin hendak melaksanakan shalat Jumat kali pertama. Demi mencari orang terbaik yang akan memimpin shalat dengan yang merupakan pasukan terbaik, al-Fatih bertanya, “Siapakah layak menjadi imam shalat Jumat?” Hening, tak ada jawaba ada yang berani menawarkan diri. Lalu Muhammad al-Fati berdiri. Ia meminta kepada seluruh pasukannya untuk bangun Kemudian bertanya, “Siapakah di antara kalian yang sejak remaja, sejak akil baligh hingga hari ini pernah meninggalkan shalat wajib lima waktu, silahkan duduk!”
Subhanallah, Mahasuci Allah! Tak seorang pun pasukan Islam yang duduk. Semua tegak berdiri. Apa artinya? Itu berarti tentara Islam pimpinan Muhammad al-Fatih sejak masa remaja mereka hingga hari itu, tak seorang pun yang pernah meninggalkan shalat fardhu. Tak sekali pun mereka melalaikan shalat fardhu.
Lalu Muhammad al-Fatih kembali bertanya, “Siapakah di antara kalian yang sejak balig dahulu hingga hari ini pernah meninggalkan shalat sunah rawatib? Kalau ada yang pernah meninggalkan shalat sunah sekali saja silakan duduk!”
Kali ini, sebagian pasukannya duduk. Artinya, pasukan Islam sejak remaja mereka ada yang teguh hati, tidak pernah meninggalkan shalat-shalat sunah pengiring shalat fardhu. Namun, ada beberapa yang pernah meninggalkannya. Betapa kualitas karakter dan keimanan mereka sebagai Muslim sungguh bernilai tinggi dan jujur.
Dengan mengedarkan matanya ke seluruh pasukannya, Muhammad al-Fatih kembali berseru lalu bertanya, “Siapa di antara kalian yang sejak masa akil balig sampai hari ini pernah meninggalkan shalat tahajud di kesunyian malam? Yang pernah meninggalkan atau kosong satu malam saja, silakan duduk!”
Apa yang terjadi? Terlukislah pemandangan yang menakjubkan sejarawan Barat dan Timur. Semua yang hadir dengan cepat duduk. Hanya ada seorang saja yang tetap tegak berdiri. Siapakah dia? Dialah Sultan Muhammad al-Fatih, sang penakluk benteng kokoh Konstantinopel. Beliaulah yang pantas menjadi imam shalat Jumat mari itu. Karena hanya al-Fatih seorang yang sejak remaja selalu mengisi butir-butir malam sunyinya dengan bersujud kepada Allah. idak pernah absen semalam pun.
Sampai Juli 2019, tercatat di data Forum Zakat ada hampir 500 organisasi pengelola zakat (OPZ) di Indonesia. Selain Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), ada 65 lembaga amil zakat tingkat nasional yang berizin; 17 lembaga amil zakat tingkat provinsi yang izin; 23 lembaga amil zakat tingkat kabupaten/kota yang berizin. Jumlah ini belum termasuk jumlah LAZ dan BAZNAS tingkat kecamatan, unit pengumpul zakat, hingga pengelola pengelola zakat tradisional individual berbasis masjid dan pesantren.
Terus tumbuh dan berkembangnya amil zakat dalam gerakan zakat di Indonesia akan signifikan bagi perluasan gerakan kebaikan di negeri ini. Amil zakat juga ibarat pelita di kegelapan hati umat. Di mana pun ia bertumbuh dan mengabdi bagi negeri ini, ia akan menerangi dan memberi cahaya. Ia dengan segenap kemampuan dan kuatnya rasa persatuan akan mengalahkan keputusasaan umat dan ketakutan akan suramnya masa depan para mustahik.
Mari kita sama-sama bertekad dalam hati bahwa bila ingin mulia dan memiliki kehormatan sebagai amil sejati, kita harus rela terus- menerus dan istiqamah untuk memudahkan dan memuliakan banyak orang, terutama bagi mereka para dhuafa yang hidupnya kadang tak lagi punya pilihan, apalagi harapan akan indahnya masa depan.
Bila kita memang yakin bahwa keberkahan akan turun dalamn kuatnya bingkai ukhuwah, maka mari perkuat ikatan kebersamaa dalam kesatuan barisan gerakan zakat Indonesia. Dalam rumah besar kita bersama untuk memperbaiki nasib umat Islam Indonesia dan dunia. Dalam kebersamaan ini, dalam naungan gerakan zakat Indonesia, maka izinkan amal-amal terbaik kita menjadi wasilah hadapan Allah untuk menyatukan kita kembali. Menyatukan ke dalam cita-cita dan kebersamaan merajut kemuliaan dan kejayaan Islam. Mari kita juga berdoa agar setiap kita menjadi bagian dari kebaikan dan keberkahan gerakan ini. Insya Allah, bersatunya para amil dalam kerja-kerja penuh totalitas dan ikhlas, maka tujuan hadirnya gerakan zakat di negeri ini tak bisa dibendung.
Wahai para amil zakat, bersatulah agar agenda-agenda terus maju berkembang hingga akhirnya mampu menaklu kemustahilan di depan mata!