Ketum DPP APIB Erick Sitompul Minta Presiden Jokowi gunakan Pengaruhnya Selaku Mantan Ketua G20 untuk mendesak Presiden AS Joe Biden saat kunjungan kerja ke AS beberapa hari lagi, agar Israel mematuhi resolusi Majelis Umum PBB yang di gelar bulan lalu dengan resolusi Gencata Senjata Kemanusiaan dan Jeda Bala Bantuan.
Demikian di sampaikan Erick Sitompul, Ketua Umum DPP APIB ( Aliansi Profesional Indonesia Bangkit ) selaku sebuah Ormas Profesional yang di kenal cukup kritis terhadap persoalan Ketidak Adilan yang terjadi di tanah air maupun di luar negeri, kepada media (10/11/2023)
Penentuan Resolusi itu dihadiri 191 negara anggota PBB, hanya 16 negara yang menolak Resolusi itu termasuk Israel, AS dan lainnya dan terdapat sekitar 164 an negara tidak menginginkan penyerangan brutal tidak ber perikemanusiaan itu dengan kehendak resolusi Genjata Senjata & jeda Kemanusiaan. Saat itu Menlu RI Retno Marsudi hadir dan bicara cukup vokal mengecam Israel. Ini saat nya Jokowi juga maju mengedepankan lobi nya mendesak Joe Biden agar Israel tidak menjadi negara yang merasa paling benar sendiri dan tidak menghormati PBB, kata Erick.
Ini bukan peperangan bersenjata yang adil namun ini mengarah kepada tujuan genoside oleh Israel kepada rakyat Palestina. Setiap malam membom membabi buta kota Gaza, siang hari memasuki Gaza dengan ratusan Pansernya merusak rumah dan masjid masjid. Dan telah membunuh lebih 10.700 rakyat sipil terutama bayi, balita dan lansia. Menghancurkan rumah penduduk sipil, masjid, gereja dan rumah sakit adalah kejahatan perang yang pemimpinnya bisa di seret dan di hukum mati ke pengadilan HAM Denhag seperti halnya terjadi pada Slobodan Milocevic Presiden Serbia pada kasus Ethnic Cleansing di Kosovo akhir tahun 98 – 99 an.
Ini bukan perang terbuka yang Gentleman seperti yang di peragakan Rusia dengan Ukraina selama setahun, yang hanya menyerang sesama pasukan tempur, panser, pesawat perang, drone, dan fasilitas militer. Tidak pernah Ukraina menyerang Moscow begitu juga sebalik nya Moscow tidak pernah menyerang Kiev. Walau tidak sepadan dan Ukraina mengalami kekalahan tapi perang itu cukup terhormat dan sangat bermartabat, tambah Erick lagi.
Penyerangan ribuan tentara Hamas ke kota Selatan Israel lebih beradab karena hanya menyerang dan membunuh 1.200 tentara yang berada di beberapa markas tentara Israel, tidak ada membunuh orang sipil Israel dan penyanderaan ratusan orang itu pun mulai di pulangkan dalam keadaan sehat2 dan bugar.
Namun serangan Gaza Ini perang yang sangat tidak adil, tidak berperikemanusiaan dan penuh dengan dendam membara Israel. Dengan tentara jumlahnya sepuluh kali lipat, mestinya Israel menyerang tentara Hamas di kota Gaza, adu kuat adu cerdik,bukannya menghancurkan dulu dengan menjatuh kan ribuan ton bom di perumahan rakyat, fasilitas masjid pertokoan, RS setiap malamnya. Ini perbuat pengecut dan sadis yang selalu di tunjukkan Israel selama ini dan tidak pernah mendapat pujian internasional justru hinaan se rendahnya atas perbuatan pengecut tersebut.
Mengapa Israel terus membenarkan tindakan tidak beradabnya. Mestinya mereka sadari sejak tahun 1947 hingga sekarang mereka terus menyerang sudah ratusan ribu nyawa bangsa Palestina dan merebut serta menduduki 95 % tanah Palestina dari Jerusalem hingga Tepi Barat Palestina, namun masih juga terus berusaha mencaplok masjid suci ke 3 ummat Islam Masjid Al Aqsa.
Sangat miris dan memprihatinkan sikap biadab tentara Israel ini. Kebetulan seminggu terakhir saya beribadah di 2 kota suci Medina dan Makkah bersama banyak teman, setiap malam saya terus mengikuti perkembangan tidak perikemanusiaan yang diperagakan Zionist Israel di Gaza , mulai malam pertama saya mencatat laporan televisi negara negara Arab tentang pertambahan kematian dari 4.300 orang dan dihari terakhir sebelum pulang ke tanah air korban telah mencapai 10.300 orang lebih. Sungguh sebuah negara kekejian yang luarbiasa dan Netanyahu harus pertanggung jawabkan hal itu, tegas Erick lagi.
Kita rakyat Indonesia saat ini lebih berharap dimasa kunjungan kerja di priode terakhir Jokowi ke AS, Jokowi bisa meninggalkan warisan sejarah tentang Jalan Kemerdekaan Palestina dengan menunjukkan kepada dunia, bahwa Presiden Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduk Islam terbesarnya cukup berperan dan mampu menekan atau dengan kata lain berhasil membujuk Joe Biden untuk menekan Israel sadar diri dan belajar menghormati dan mematuhi resolusi Majlis Umum PBB tersebut.
Sebagai bangsa yang bermartabat dan menolak bentuk penjajahan asing di sebuah negara, Indonesia memiliki komitment dan itu termaktub dalam pembukaan UU 1945 hingga saat ini wajib kita pegang teguh. Kita juga tidak bisa melupakan 2 negara yang pertama kali mendukung kemerdekaan Indonesia1945, yakni Perdana Menteri Mesir saat itu dan dari Palestina yakni dukungan Mufti besar Palestina yang secara resmi mendeklarasikan dukungannya atas kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, pungkas Erick.