Generasi Muda Bisa Dilibatkan dalam Kepemimpinan di Lembaga Zakat

Kalangan muda bisa dilibatkan dalam kepemimpinan di lembaga zakat. Mereka mempunyai kontribusi dalam berdonasi melalui platform digital di lembaga zakat.

“Di Indonesia anak muda sebagai donatur lembaga zakat melalui platform online meningkat pada 2022. Kepemimpinan lembaga zakat bisa melibatkan generasi muda,” kata Direktur Social Trust Fund (STF) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Amelia Fauzia di acara Forum Literasi Filantropi Vol 13 Bertemakan “Kepemimpinan Gerakan Zakat di Indonesia” yang diselenggarakan Akademizi, Rabu (11/10/2023).

Mempunyai kemampuan beradaptasi dan melakukan perubahan menjadi alasan anak muda dilibatkan menjadi pemimpin di lembaga zakat. “Mereka juga mempunyai kemampuan dalam menyesuaikan perkembangan teknologi informasi,” ungkap Amelia.

Kata Amelia, anak muda menjadi pemimpin lembaga filantropi menjadi trend di berbagai negara. “Di Amerika Serikat donatur dari kalangan muda juga memiliki persentasi yang cukup signifikan di 2023,” jelasnya.

Ia juga mengungkapkan, keunggulan lembaga zakat di Indonesia dibandingkan lembaga filantropi di negara lain karena berdirinya berasal dari bawah yang awalnya tidak mempunyai dana sama sekali. “Lembaga filantropi di Indonesia khususnya lembaga zakat dari bottom-up, tapi bisa mendatangkan dana yang luar biasa. Dilihat dari skill kita leading dan lebih top dibandingkan Ford Foundation ataupun lembaga filantropi dari negara lain,” ungkapnya.

Lembaga filantropi di Amerika Serikat mempunyai posisi penting sejajar dengan para pimpinan pengambil kebijakan dan pebisnis. “Lembaga filantropi di Amerika Serikat mempunyai posisi yang penting, bukan karena uang tapi mampu menggerakkan masyarakat,” jelas Amelia.

Sedangkan Direktur Utama IZI Wildhan Dewayana mengatakan, pemimpin lembaga zakat harus memahami dan menjalankan secara konsisten praktik kepemimpinan yang efektif. “Ini akan memberikan pengaruh besar terhadap kinerja pengelolaan zakat,” paparnya.

Di lapangan agak sulit mengukur efektifitas kepemimpinan dengan satu pendekatan saja. Satu teori kepemimpinan ada plus dan minusnya. Untuk mengukur efektifitas kepemimpinan berbagai macam teori. “Untuk melihat keberhasilan kepemimpinan bisa dilihat dari atribusi, perilaku, proses pengaruh dan situasional,” jelas Wildhan.

Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kemenag, Waryono Abdul Ghafur mengatakan, kepemimpinan lembaga zakat harus terbuka dalam merespon teknologi informasi termasuk memiliki big data. “Perlunya kepemimpinan transformatif. Bagaimana mengubah organisasi dan cepat beradaptasi,” ungkapnya.

Kata Waryono, pemimpin lembaga zakat harus memfasilitasi budaya pembelajaran yang kuat dan mampu mendorong beradaptasi dengan perubahan.

Direktur Utama Akademizi Nana Sudiana mengatakan, pimpinan lembaga zakat tidak bisa menjawab batas waktu menjadi pemimpin. Banyak Ketidakpastian pimpinan di lembaga zakat.

“Bagaimana mereka memimpin masing-masing, dia tidak tahu sampai kapan berada di lembaga itu. ketika membuat planning yang panjang tiba-tiba berhenti. Ketika sedang semangat-semangatnya diberhentikan pihak yayasannya, ibarat lagi sayang-sayangnya putus,” jelasnya.

Kata Nana, Kepemimpinan sangat penting, tesis Magister Direktur Utama IZI Wildhan di UI sampai menemukan konklusi setiap pemimpin lembaga zakat mempunyai ciri khas masing-masing.

Melihat pentingnya soal kepemimpinan bagi gerakan zakat, Akademizi terpanggil untuk berkontribusi secara serius dalam kajian, pelatihan serta pengembangan kepemimpinan gerakan zakat di Indonesia. Dengan dukungan kelembagaan, pengalaman panjang mengelola zakat, serta dukungan sumberdaya manusia serta jejaring kelembagaan yang luas, Akademizi bertekad membantu menguatkan para leader dunia zakat untuk bisa memiliki performa terbaik yang didukung spirit leadership yang baik dalam memajukan gerakan zakat Indonesia.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News