Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)
Bukan Jokowi kalau tidak bikin sensasi. Ketika memberikan sambutan di acara Rakernas IV PDIP di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (30/9/2023) di hadapan Ketum PDIP Megawati dan Capres PDIP Ganjar Pranowo, Jokowi menyatakan sangat mendukung kemenangan Ganjar di Pilpres 2024. Padahal di belakang layar, Jokowi sedang tidak akur dengan Megawati sehingga mengalihkan dukungannya, keluarganya dan para relawannya kepada Prabowo. Bahkan kabarnya mau “menyogok” MK untuk meloloskan persyaratan batas usia cawapres dari 40 tahun menjadi 35 tahun demi Gibran jadi Cawapres Prabowo.
Bagi rakyat yang berakal sehat sudah tidak percaya lagi dengan omongan Jokowi. Bukti terbaru kebohongan Jokowi adalah ketika di satu sisi ketika di atas mimbar menganjurkan adanya kedaulatan pangan dan swasembada pangan, tapi faktanya di lapangan menginstruksikan Bapanas untuk mengimpor beras 1 juta ton dari China.
Baik Jokowi maupun Megawati sudah tidak bisa dipercaya lagi oleh rakyat. Dalam memimpin negeri ini, secara fakta dan realita keduanya tidak berorientasi kepada kesejahteraan rakyat tapi lebih mengutamakan kepentingan oligarki taipan dan China komunis.
Selama dua periode kepemimpinan Jokowi, PDIP sebagai partai pemenang pemilu 2014 dan 2019 yang otomatis menjadi partai penguasa, tapi sayang, di tangan mereka berdua Indonesia bukannya makin maju, tapi justru mengalami kemunduran seperti zaman sebelum kemerdekaan.
Kini Indonesia menjadi negara terjajah kembali (oleh China), ekonomi terpuruk, perpecahan dan pembelahan bangsa makin lebar, kemiskinan makin merata, suburnya paham islamopobia di kalangan pendukung rezim, kekayaan hanya dimonopoli segelintir konglomerat, rezim makin kejam dan otoriter.
Gaya-gaya feodalisme kolonial diterapkan lagi oleh rezim Jokowi :rakyat yang kritis dibungkam, ulama yang vokal dikriminalisasi bahkan diduga ada yang dibunuh, jurang antara si kaya dan si miskin makin lebar, bagi-bagi sembako sambil dilempar-lempar, dan aparat keamanan makin brutal kepada rakyat. Singkat baik Jokowi sebagai Presiden maupun Megawati sebagai Ketua partai penguasa telah gagal membawa bangsa dan negara ini kearah kemajuan dan kesejahteraan.
Kini di akhir Pemerintahannya, antara Jokowi dan Megawati sepertinya sudah tidak harmonis lagi. Masing-masingnya mencoba menyelamatkan diri dan mencoba merajut lagi untuk membangun kepercayaan rakyat. Tapi tampaknya rakyat sudah “muak dan kapok” dipimpin Jokowi dan PDIP. Hampir dipastikan keduanya bakal ditinggalkan rakyat di Pilpres 2024.
Di tengah kebimbangan dan kegalauan atas nasib masa depannya, Jokowi semua berusaha untuk memperpanjang masa jabatan dan menunda Pemilu, tapi gagal. Sekarang dengan langkah _cawe-cawenya_ ingin bermain di dua kaki : satu kaki ditancapkan di capres Ganjar, satu kaki lagi ditancapkan di capres Prabowo. Padahal, Megawati dan Prabowo sekarang sedang “bermusuhan” sehingga satu sama lain “saling serang menyerang”.
Oleh karena itu, jangan heran kalau pernyataan Jokowi selalu “mencla-mencle” dan membingungkan banyak orang. Di hadapan Megawati menjanjikan kemenangan Ganjar di Pilpres 2024, tapi di hadapan Prabowo memperjuangkan Gibran untuk jadi cawapresnya.
Tapi sebenarnya, apa pun yang dilakukan Jokowi baik ke Ganjar maupun ke Prabowo bakal sia-sia. Karena 83% (berdasar polling ILC dll) rakyat akan memilih Anies Baswedan.
Jadi biarkan mereka sibuk mengutak-atik cawapresnya atau akan membuat kecurangan, karena tahun 2024 adalah takdirnya Anies untuk menjadi Presiden.
Insya Allah.
Bandung, 15 R. Awwal 1445