Tukar Tambah Politik

By Eko S Dananjaya*

Hari ini 2 September 2003, Anies Rasyid Baswedan dan Muhaimin Iskandar akan mendeklarasikan pencalonannya sebagai pasangan calon presiden dan calon wakil presiden. Yang sedianya akan diselenggarakan di Hotel Majapahit Surabaya. Deklarasi pencapresan ini sengaja dengan gerak cepat, setelah Surya Paloh mengumumkan Anies berpasangan dengan cak Imin. Praduga yang pernah muncul pada masyarakat tentang keseriusan duet Anies Imin terjawab sudah. Masyarakat akan menyaksikan secara nyata kedua pasangan ini untuk tidak menunda waktu yang cukup lama. Mengingat relawan pendukung Anis selama ini merasa terombang ambing secara psikologis. Karena sebuah penantian waktu yang tidak jelas dan tentu saja menguras tenaga dan pikiran. Pendukung Anies senantiasa mencari kepastian kepada siapa Anies akan dipasangkan. Dan hari ini kepastian itu akan kita nyatakan bersama.

Relawan Anies dari sabang sampai merauke telah menyiapkan diri untuk siaga menghantarkan Anies sebagai pemenang pilpres 2024. Siapapun calon wakilnya, relawan Anies tetap konsisten di jalan pemenangan. Hari ini telah tiba dan hadir sosok yang dianggap pas oleh Anies untuk berlayar bersama mengarungi samudra pilpres. Anies bersama cak Imin akan berlabuh bersama dari pelabuhan yang sarat akan ketidak adilan, kemiskinan, kebodohan, keserakahan, korupsi, pembohongan dan akan menuju pada pelabuhan terakhir. Pendaratan pada pelabuhan terakhir ini yang nantinya akan kita jumpai sebagai daratan baru yang penuh kedamaian, kesejahteraan dan keadilan. Zona baru yang niscaya akan menjadi pendaratan bagi Anies Imin adalah cita- cita semua masyarakat Indonesia yang merindukan akan perubahan Indonesia yang lebih baik.

Masyarakat pendukung Anies tidak lagi harus menunggu berbulan- bulan lamanya dalam penantian untuk mengkolaborasikan Anies Imin sebagai calon Presiden dan calon wakil Presiden. Tidak lagi ada tenggat waktu yang membuat masyarakat menjadi pesimis. Hanya karena alot tarik menarik dalam menentukan bakal calon wakil presiden. Tampaknya partai Nasdem menangkap sinyal itu. Bahwa masyarakat pendukung Anies yang sudah tidak sabar untuk segera melahirkan kepastian.

Dari sejak pencalonan Anies sebagai bakal calon Presiden hingga mengandeng Muhaimin Iskandar sebagai calon wakil Presiden. Adalah keputusan tepat dan terdepan dibanding pencapresan Ganjar Pranowo maupun Prabowo. Partai Nasdem, PKS dan PKB sepakat hari ini mengambil momentum penting di kota Surabaya. Deklarasi diputuskan di Kota yang penuh perjuangan. Deklarasi Anies dan Muhaimin dimonomentasikan di kota pahlawan dan diselenggarakan di hotel Majapahit.

Surabaya disimbolkan sebagai kota pahlawan dan Majapahit sebagai kerajaan besar. Sinergisitas kota Surabaya dan Majapahit tidak lain menjadi ikon dimana spirit perjuangan itu dilekatkan kepada Anies dan cak Imin untuk mengembalikan kejayaan bangsa Indonesia menjadi bangsa besar, seperti kesuksesan Majapahit tempo dulu. Ini penting, karena Majapahit pernah menjadi kerajaan yang besar dan disegani oleh negara- negara di luar Nusantara.

Selain itu, Majapahit juga tidak mau ditaklukan oleh bani mongol yang akan menjajah Nusantara. Majapahit mampu menunjukkan keperkasaan dan kejayaan Nusantara kepada dunia. Bahwa kemakmuran dan kedamaian ada di bawah pimpinan maha patih Gadjah Mada. Majapahit tidak mau dijajah mongol. Demikian juga spirit Anies cak Imin juga harus berani mengusir Tiongkok dari dominasi ekonomi dan politiknya. Anies dan Cak Imin harus mengambil spirit patih Gadjah Mada dalam mengimplementasi kinerjanya untuk berani melepaskan cengkraman politik china yang sekarang menguasai sumber daya alam Indonesia. Tidak sampai disitu saja, Anies dan cak Imin harus bisa membuktikan bahwa kesejahteraan rakyat adalah diatas segalanya. Ini penting agar rakyat dapat hidup baik, layak dan sejahtera. Bukan hanya diatas kertas dan sebagai janji – janji politik seperti penguasa sekarang ini. Inilah semangat patih Gadjah Mada yang sampai hari masih dapat kita rasakan spiritnya.

Ini juga tidak terlepas dari atmosfir politik yang mencemistri antara Anies dengan Muhaimin. Jika kita tarik garis yang sama. Anies dan Muhaimin sama- sama berasal dari kampus yang sama, yakni Universitas Gadjah Mada. Sesuatu yang tidak kebetulan bahwa orang-orang ini hasil produksi alumni terbaik dari Universitas tersebut. Bukan saja Anies dan Muhaimin yang pernah belajar di Universitas Gadjah Mada. Ganjar Pranowo juga salah satu tokoh yang lahir dari Universitas terkemuka ini. Ganjar yang sampai hari ini masih jomblo dalam pel- pilpresan lambat laun akan menyusul langkah yang ditempuh Anies dan Muhaimin.

Ganjar bisa saja akan di sandingkan dengan Sandiaga Uno atau mantan panglima TNI Andika Perkasa. Bisa juga Mahfud MD sebagai pasangan ideal Ganjar, karena trak record Mahfud sebagai orang yang baik dan berintegritas tinggi pada penegakkan hukum di Indonesia.

Politik tidak selamanya baku. Ada trik dan siasat yang sewaktu- waktu dapat berubah. Melihat politik tidak seperti melihat matahari yang setiap pagi terbit dari timur. Karena politik itu dinamis, lentur dan liat. Prof Miriam Budiardjo dalam bukunya dasar-dasar ilmu politik. Menjelaskan bahwa : Politik adalah kegiatan yang menyangkut cara bagaimana suatu kelompok- kelompok mencapai suatu keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha mendamaikan perbedaan- perbedaan diantara anggotanya ( footnote, diambil dari sari imu dasar- dasar imu politik Prof Meriam Budiardjo). Dengan demikian, politik sesungguhnya hanya alat untuk mencapai kesepakatan dengan tanpa dibarengi perselisihan. Politik tidak lebih sebagai paralon untuk jalan menuju anasir kepentingan bersama dalam satu kesepakatan. Dan berfungsi sebagai alat untuk melepaskan sumbatan, kebekuan dan kebuntuan dari sebuah capaian yang dianggap gagal. Inilah pentingnya diskursus politik sebagai sarana diplomasi untuk mencapai kekuasaan.

Disini kepiawaian Partai Nasdem dalam mengambil momentum Politik, tampil berada di depan. Membawa partai- partai satu koalisi untuk maraton politik mendeklarasikan Anis Imin. Langkah terdepan tampil dengan semangat perubahan. Kini lebih tampak solid dengan mengarungi samudra bersama. Koalisi partai sedianya dibangun berdasarkan cita- cita bersama, namun justru perubahan terjadi pada komposisi partai yang mengusung jargon perubahan itu sendiri. Salah satu partai menyatakan mundur dari koalaisi karena tidak ada kecocokan lagi. Partai Demokrat menanggalkan diri karena Agus Harimurti Yudhoyono tidak menjadi calon wakil Anies Baswedan.

Dalam rilisnya Partai Demokrat merasa kecewa dan menganggap Anies tidak konsisten dan lebih dari itu, anggota Partai Demokrat menyematkan Anies dengan menyebut sebagai pengecut dan penghianat. Tukar tambah partai dalam koalisi suatu hal yang biasa. Acap kali ada hajatan jelang pilpres kasak kusuk politik meningkat suhunya. Tapi tentu saja tidak perlu disertai caci maki yang berlebihan. Sebab dengan menghardik kawan yang kemudian diposisikan sebagai lawan maka partai tersebut akan terjebak pada pergunjingan semu. Yang berakibat pada kemrosotan elektabilitas partai tersebut. Cukup sudah koalisi perubahan tukar tambah dari Partai Demokrat digantikan Partai Kebangkitan Bangsa ( PKB ) sebagai tambal sulam koalisi perubahan.

Selamat deklarasi semoga dapat berjalan dengan baik dan diridhoi Tuhan yang Maha kuasa, Allah SWT.

*Penulis adalah aktivis mahasiswa 80- an
dan penasehat pada lembaga Front Pergerakan Nasional (FPN)

Simak berita dan artikel lainnya di Google News