Merebaknya persoalan polusi udara di atas langit Jakarta yang semakin memburuk sebulan ini, menimbulkan kekhawatiran besar di tengah warga masyarakat Kota Jakarta dan sekitarnya.
Bila benar bahwa polusi udara kota Jakarta ini sebagai terburuk di dunia, ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan produktivitas kerja belasan juta penduduk Jabotabek kata Sekjen DPP APIB (Aliansi Profesional Indonesia Bangkit) Erick Sitompul.
Erick meminta Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan (KLHK), Kementerian Perindustrian, BRIN, Pemprov DKI dan Instansi lainya agar lakukan penelitian secara lengkap. Bila perlu pemerintah lakukan Audit Total Lingkungan tehadap semua industri besar dan PLTU yang di duga berpotensi sebagai sumber utama penyebab polutan kotor.
Pemerintah juga harus segera memberi solusi atas dugaan emisi kotor jutaan kenderaan bermotor yang dianggap sebagai biang masalah polusi Jakarta baik jangka pendek dan jangka panjang.
Berdasar berbagai pemberitaan, bahwa kota Jakarta saat ini adalah kota terburuk polusi udaranya di dunia dalam sebulan ini. Kita masih melihat misal data dari sumber Swiss AQAir bahwa data nya masih berubah ubah setiap hari..kadang Jakarta no 1 terburuk, kadang no 5 dan hari ini ( 30/8 ) no 2 setelah Dakha, Bangladesh dan yang ke 3 Doha, kata Erick
Untuk kawasan Asia, selama waktu cukup lama bertahun tahun, kota-kota ber polusi terburuk itu selalu terjadi di kota kota di Cina seperti Beijing, Tianjin, Hebei dan lainya. Baru tahun tahun belakangan ini polusi buruk berlangsung di kota kota di India seperti New Delhi, Kalkuta dan Kolafur, sampai jarak pandang kenderaan bermotor tertutup kabut polusi hitam.
Hal ini tentunya merupakan dampak langsung dari pesatnya pertumbuhan sektor industri sebagai konsekwensi atas pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta meningkat nya jumlah pengguna ranmor di perkotaan disana, tambah Erick lagi
“Makanya suatu hal cukup mengagetkan, di saat kondisi perkembangan industri Indonesia yang justru stagnan bahkan menurun akibat effect pandemi Covid, apakah benar polusi udara di langit Jakarta tiba tiba yang terburuk di dunia? Masyarakat perlu mendapatkan jawaban yang pasti dan ilmiah,” kata Erick
Berdasar hasil penelitian dari Kementerian LHK, bahwa pemasok polusi udara kotor di langit Jakarta mengarah kepada pasokan emisi kenderaan bermotor dan penggunaan batubara di PLTU dan pabrik pabrik industri . Sebagaimana di ketahui memang sudah lama Jakarta itu di kepung oleh 15 PLTU di DKI dan Banten dan 115 pabrik sekitar Jabotabek.
Hasil penelitian KLHK itu perlu dilengkapi data; berapa % pasokan polutan kotor berasal dari pabrik pabrik , berapa persen dari PLTU dan berapa % sumbangan dari emisi kendaraan bermotor. Karena pihak PLTU merasa tidak ikut mencemari polusi udara Jakarta karena sudah mengikuti standart Lingkungan. Setau saya dari dulu PLTU terutama Pembangkit Jawa Bali ( PJB ) itu memang membeli dan memakai batubara dengan Kalori menengah ke atas, ungkap Erick
Terhadap PLTU dan pabrik pabrik industri, yang paling penting adalah penggunaan bahan bakar batubara pada Power Plant nya. Apakah pabrik pabrik dan PLTU itu saat ini dominan memakai batubara kalori rendah sehingga menyebabkan sumber polusi udara yang begitu buruk, tanya Erick.
Demikian pula perlu di teliti juga berapa persen pasokan polusi yg di hasilkan keluar masuk ratusan kapal tongkang dan kapal kargo setiap hari ke Tanjung Priok dan Marunda, apakah ada pengaruh juga ke langit Jakarta.
Bila hampir keseluruhan pabrik pabrik Industri dan PLTU sekitar Jakarta menggunakan batubara kalori rendah, maka pemerintah harus mengeluarkan regulasi dan pengawasan yang ketat agar semua pabrik dan PLTU menggunakan batubara kalori tinggi diatas 6.300 Kkal atau minimal kalori menengah 5.600 – 5.800 Kkal pada seluruh industri dan PLTU terutama yang beroperasi sekitar Jabotabek.
“Mungkin akan terjadi sedikit masalah kenaikan cost daripada pabrik pabrik industri dan PLTU itu, maka pemerintah harus membuat regulasi sektor pertambangan besar menengah untuk kewajiban penjualan sebagian batubara kalori tinggi dan menengah untuk pabrik pabrik industri dan PLTU khusus wilayah Jabotabek dengan harga jual domestik yang ditetapkan pemerintah, baru selebihnya untuk eksport. Mirip DMO sektor industri CPO untuk kebutuhan industri minyak goreng,” ungkap Erick
Sehingga tidak diperlukan adanya ancaman Menivest Luhut Panjaitan untuk menutup PLTU yang mengeluarkan polusi udara kotor, karena itu bukan tindakan yang tepat, karena kebutuhan supply energi untuk kebutuhan PLN se Jabotabek tidak boleh terganggu. Untuk jangka panjang di buat aturan pengalihan mesin terbarukan dengan tehnologi ramah lingkungan, karena itu butuh proses waktu dan investasi tambahan yang cukup besar bagi kalangan industri dan PLTU.
Erick menambahkan, bila diperlukan untuk membuat udara Jakarta menjadi sehat dan clean adalah seluruh pabrik dan PLTU kawasan Jabotabek menggunakan bahan bakar Cangkang sawit. Bahan bakar ini memang sedikit lebih mahal costnya, karena harga Cangkang Sawit lebih mahal per ton nya. Negara negara maju seperti Jepang, Korsel dan Eropa kan sudah lama gunakan batubara kalori tinggi atau Cangkang Sawit dan justru beli dari Indonesia. Itu karena mereka sangat care pentingnya Clean Environment perkotaan untuk menjaga kesehatan rakyatnya, tegas Erick
Terkait anggapan mobilitas jutaan motor dan mobil menjadi pemasok yang memperburuk polusi udara Jakarta, satu satunya cara tercepat dan terbaik adalah Pemerintah mengalihkan penjualan Pertalite di seluruh SPBU Wilayah Jabotabek dan mengganti dengan Pertamax yang oktan nya lebih bagus.
Regulasi ini butuh power kuat oleh pemerintah. Apakah ini bisa dilakukan? Tentu sangat bisa. Yang penting pemerintah bersama PT. Pertamina memberi subsidi harga Pertamax mendekati harga Pertalite, agar seluruh motor dan mobil rakyat biasa bisa beli dan polusi udara kotor dapat terkendali di Jakarta secepatnya.
“Sebagai perbandingan, di Malaysia sudah diterapkan cukup lama, sehingga Kuala Lumpur dan kota kota di Malaysia itu relatif bersih dan minim polusi udaranya. Karena kesadaran yang kuat pemerintahnya dan Petronas hanya menjual BBM minimal setingkat Pertamax untuk kenderaan bermotor. Itu juga semua di subsidi oleh negara nya,” tambah Erick lagi.
Mengenai proses peralihan penggunaan mobil listrik dan motor listrik apakah ini juga bisa membantu bersih udara kota Jakarta. Erick mengatakan bahwa hal Itu memang diperlukan karena lebih bersih apalagi sumber bahan bakar fosil dunia semakin berkurang. Tetapi di Indonesia butuh waktu agak lama terealisir, tidak bisa cepat walau dipaksakan
Karena budaya dan trust rakyat terhadap penggunaan produk motor dan mobil listrik negara mana dulu yang mau di pakai. Rakyat Indonesia kan sudah terbiasa memakai kenderaan produk Jepang, Korsel dan Eropa. Kalau tiba tiba di arahkan memakai buatan negara Cina, rakyat pasti mikir mikir dulu karena rakyat belom punya trust terhadap kualitas produk negara itu.
Ketua Divisi Ekonomi dan UMKM DPP APIB Amirullah menambahkan, sebenarnya saat era Gubernur Sutiyoso Pemprov DKI telah memulai penggunaan Busway mengganti moda transportasi umum massal yang sangat banyak dan sudah tua usianya untuk modernisasi bus dan menekan polusi udara juga.
Di era Anies Baswedan, peralihan pemakaian busway atau trans jakarta mulai mengganti dengan busway atau Transjakarta bermesin Listrik. Itu sudah dimulai dengan membeli ratusan unit bus listrik dan juga menggalakkan warga dan pekerja untuk beralih ke busway, kereta api dan MRT.
Demikian juga program menggalakkan pegawai dan para pekerja Jakarta untuk memakai sepeda terus dikembangkan bahkan sudah di siapkan jalur sepedanya. Demikian juga pembangunan ruang terbuka Hijau berupa taman taman kota, bahkan ada yang seluas 6 ha seperti Tebet Eco park di kembangkan untuk membantu menyerap polusi udara kotor.
“Semestinya di era Plt Gubernur DKI Heru program ini harus terus dilanjutkan, jangan justru program yang sudah baik untuk perbaikan lingkungan Jakarta tidak di teruskan,” kata Amirullah.