Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)
Adanya narasi dari beberapa pengamat yang memasangkan capres-cawapres : Anies-Gibran, Anies-Puan, dan Anies-Ganjar dipastikan itu sekedar wacana imajiner yang sangat sulit diwujudkan. Pasalnya, ketiga nama itu adalah orang-orang yang pro oligarki taipan dan bagian dari rezim Jokowi yang anti perubahan. Jadi secara arah politik mereka berseberangan dengan Anies dan koalisi perubahan.
Barangkali dimunculkannya nama-nama cawapres “pro rezim Jokowi” karena adanya bergabungnya Golkar, PAN, dan PKB ke Gerindra dan kemungkinan nama Ganjar dianulir dari Capres PDIP.
Sebenarnya koalisi besar istana itu sekedar “kawin paksa” karena “ancaman” Jokowi, du mana mereka tidak diberi pilihan lain selain harus manut arahan Jokowi. Tapi gerbong yang mereka angkut penumpangnya telah kosong karena sudah mendeklarasikan Anies sebagai capres tahun 2024.
Jadi terbentuknya koalisi besar istana ini sama sekali bukan ancaman serius bagi Anies. Justru yang harus diwaspadai secara serius adalah tetap dijaga agar capresnya harus tiga calon, jangan dua calon, sangat berbahaya jika hanya dua calon, karena tragedi kecurangan pilpres 2019 bisa terulang lagi.
Anies sendiri sudah menyatakan bahwa nama cawapres sudah ada dalam genggamannya. Artinya soal nama cawapres Anies sudah final. Semua Ketum Partai koalisi perubahan sudah menyerahkan penuh kepada Anies untuk menentukan cawapresnya. Jadi biarkan Anies yang memilihnya. Soal Anies belum mengumumkannya bukan karena kebingungan, tapi karena pendaftaran capresnya saja masih lama, jadi tidak perlu terburu-buru. Dan ini adalah bagian dari strategi cerdas untuk “mengecoh” lawan.
Dari 6 kriteria yang disyaratkan oleh Anies, dari 5 nama yang diusulkan masyarakat adalah : Aher, AHY, Gatot, Yeny Wahid, dan Susi). Tapi kemungkinan pilihan cawapres Anies akan jatuh pada nama AHY atau Gatot Nurmantyo.
Sedangkan nama Ganjar tidak akan masuk kriteria cawapres Anies.
Mengapa Ganjar tidak layak jadi cawapres Anies ?
Pertama, Ganjar sangat pro oligarki
Banyak foto beredar di medsos kalau Ganjar sedang bersama oligarki taipan. Ganjar seperti Jokowi hanya “boneka” oligarki taipan fan China komunis
Kedua, Ganjar sudah berikrar akan meneruskan program dan kebijakan Jokowi
Apa pun yang sudah dirintis Jokowi akan dilanjutkan, tidak peduli bermanfaat bagi rakyat ataupun tidak.
Ketiga, Rekam jejak Ganjar nir gagasan dan prestasi
Itu yang disampaikan olej kader PDIP sendiri dan relawan Ganjar yang mengundurkan diri. Jawa Tengah menjadi salah satu propinsi paling mundur, termiskin dan memiliki segudang masalah. Tapi Ganjar sepertinya tidak peduli dengan rakyatnya sendiri, malah kerjanya dan lari-lari “keluyuran” terus ke propinsi lain hanya untuk pencitraan.
Keempat, Ganjar telah tersangkut korupsi yang sewaktu-waktu akan dibongkar kembali.
Sampai saat ini kasus korupsi Ganjar dipetieslan oleh KPK, tapi sewaktu-waktu bisa dibongkar terutama jika sudah berganti Presiden yang pro rakyat, bukan presiden yang pro oligarki. Seorang koruptor mana mungkin bisa memberantas korupsi dan membangun good government?
Kelima, Secara akhlak dan moral Ganjar telah terstigmakan negatif di masyarakat
Sepertinya sangat sulit untuk membangun kembali kepercayaan masyarakat yang telah kecewa berat. Di samping itu Ganjar adalah bagian dari islamopobia yang memusuhi Islam dan para ulama (garis lurus) sehingga ke depan Ganjar sangat berbahaya bagi umat Islam jika jadi Presiden..
Wong di kandangnya sendiri (PDIP) saja tidak laku, jadi faktor sial, dan tersingkirkan masa diwacanakan untuk jadi cawapres Anies ?
Ayo kita percayakan soal cawapres Anies kepada pilihan dan putusan Anies, semoga yang bisa sama-sama membangun bangsa yang maju, berwibawa, maju dan sejahtera.
Bandung, 26 Muharram 1445