Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)
Akhirnya Golkar, PAN, dan PKB dukung Prabowo. Jika P3 juga dukung Prabowo, berarti Prabowo didukung 4 partai, belum dihitung dukungan dari PBB dan Perindo. Yang jelas koalisi Partai Gerindra sangat gemuk. Semoga dengan bergabungnya Golkar, PAN dan PKB mampu mengakhiri petualangan politik busuk Jokowi yang ingin terus cawe-cawe (meng-endorse capres/cawapres tertentu, menjegal capres yang lain) dan intervensi kecurangan Pemilu ?
Sebenarnya dari awal juga mereka sudah di bawah “ketiak” Jokowi, mau dukung Ganjar atau Prabowo sama saja. Yang jadi masalah : Apakah Jokowi dengan cawe-cawenya masih berfikiran untuk berbuat curang dan mengintervensi KPU, BAWASLU, dan MK di Pilpres 2024?
Perlu ditanyakan sekaligus minta komitmen Prabowo : apakah Prabowo bisa mencegah kecurangan Pilpres 2024 atau akan membiarkan Jokowi untuk bermain curang di Pilpres 2024 seperti yang terjadi di Pilpres tahun 2019 ? Jika masih terjadi kecurangan, masihkah Prabowo memiliki jiwa ksatria, di mana latar belakangnya adalah seorang militer yang telah disumpah dengan sumpah prajurit serta mampu mencegah kecurangan-kecurangan itu ? Atau, memang Prabowo sudah benar-benar sudah terhanyut di dalam kolam mengikuti kejahatan Jokowi?
Dengan bergabungnya partai-partai KIB, posisi PDIP menjadi semakin terisolir. Mungkin ini sebagai karma atas kesombongan dan kejahatan PDIP selama ini terhadap rakyat, khususnya kepada umat Islam dan Anies Baswedan.
Tahun 2024 PDIP hampir dipastikan akan tenggelam dan menjadi partai gurem, kecuali PDIP berani melakukan perubahan radikal yang pro rakyat, tidak memusuhi Islam dan umat Islam.
Ada 6 langkah yang harus dilakukan PDI agar kembali dipercaya rakyat, yaitu :
1. Berani memakzulkan Jokowi karena telah berkali-kali melanggar konstitusi
2. Menghentikan “permainan” busuk melalui lembaga-lembaga yang dikuasainya : Kejaksaan, KPK، KPU, MK, Kepolisian, DPR, dll.
3. Mengubah Presidential Threshold dari 20 % menjadi 0%;
4. Berani membebaskan Habib Rizieq Syihab tanpa syarat dari tahanan kota.
5. Menghentikan manuver politik antek-antek PKI yang telah merongrong keutuhan Pancasila dan NKRI.
6. Tidak menghalangi aparat hukum untuk menangkap para koruptor, termasuk di internal PDIP sendiri.
Tanpa ada langkah radikal dan pro rakyat dari PDIP, hampir dipastikan dominasi PDIP akan runtuh.
Perseteruan antara Megawati dan PDIP bakal makin meruncing. Tampaknya Jokowi telah menetapkan hatinya untuk mendukung Prabowo dengan meninggalkan Ganjar.
Jokowi sepertinya telah menutup pintu bagi PDIP, sebaliknya sudah bulat mendukung Prabowo, sepertinya Jokowi mendapat “angin surga” dari Prabowo, yaitu : Pertama, cawapres Prabowo dari keluarga Jokowi, apakah Gibran atau Iriana;
kedua, jika Prabowo menjadi Presiden Jokowi bakal menjadi Ketum Gerindra ?
Kedua tawaran itulah yang sangat menggiurkan Jokowi.
Tanda-tanda lain kalau Jokowi sudah mendukung penuh Prabowo adalah bergabungnya pendukung Jokowi ke Prabowo, yaitu : Relawan projo dan Jokman, Partai PSI, Perindo, terakhir adalah PBB. Jokowi masih punya kartu truff lain, yaitu bisa “memaksa” Golkar, PAN, dan P3 untuk mendukung Prabowo, karena ketiga partai itu sedang dalam sandera Jokowi. Dan ternyata seluruh partai koalisi Pemerintah telah mendukung Prabowo.
Sehingga PDIP praktis ditinggalkan sendirian oleh semua partai politik.
Langkah Jokowi ini tampaknya sebagai “balas dendam” atas perlakuan-perlakuan Megawati yang menyakitkan hati terhadap Jokowi yang telah “dijatuhkan atau direndahkan” martabat Jokowi di depan umum.
Jokowi ingin unjuk gigi kalau dirinya masih punya power untuk “memberi pelajaran” bagi Megawati (PDIP).
Ke depan Jokowi akan menggunakan pengaruh kekuasaannya untuk “menyerang balik” Megawati. Yaitu dengan menggunakan “tangan KPK” untuk membidik para koruptor ‘buron’ dari PDIP, di mana mereka bisa dijebloskan ke penjara, sebagaimana yang telah dilakukan Kejaksaan Agung terhadap terhadap politisi Nasdem.
Megawati telah “dikadalin” oleh Jokowi. Jika Megawati masih terus pongah, merasa dirinya paling hebat dan banyak pendukungnya, tidak akan lama lagi PDIP bakal tenggelam. Sikap PDIP yang sombong tapi kerdil yaitu menganggap remeh partai lain, bakal menjadi bumerang. Tahun 2024 PDIP bisa menjadi partai gurem.
Semua partai sekarang jadi “musuh” PDIP.
Tanda-tanda bakal tenggelamnya PDIP bisa dilihat dari 5 indikator berikut :
Pertama, Kader dan pendukung PDIP telah “hijrah” ke Anies dan sebagian ke Prabowo
Sekarang kandang banteng telah berubah menjadi posko-posko relawan Anies. Ada sebagian kecil relawan, kader, dan pendukung PDIP yang beralih mendukung Prabowo.
Kedua, Pencapresan Ganjar telah menambah keterpurukan PDIP
Ganjar itu faktor sial PDIP, apalagi Ganjar dilabeli “petugas partai” mengingatkan kepada kegagalan Jokowi sebagai petugas partai dari PDIP yang gagal mengurus bangsa. Ditambah lagi Ganjar dinilai prestasinya minus dan akhlaknya juga minus.
Ketiga, semua partai politik ogah berkoalisi dengan PDIP
Seluruh partai koalisi pemerintah ogah berkoalisi dengan PDIP. Sedangkan P3 yang semula telah menyatakan bergabung dengan PDIP, belakangan juga mau hengkang karena ternyata Sandiaga Uno tidak dipilih jadi cawapres Ganjar.
Keempat, PDIP terus berkonfrontasi dengan Anies dan Koalisi Perubahan
Semakin PDIP berkonfrontasi dan nyinyirin Anies dan koalisi Perubahan, PDIP akan semakin dijauhi rakyat.
Sekarang adalah eranya Anies Baswedan. Siapa pun yang memusuhi Anies akan ditinggalkan rakyat.
Kelima, PDIP telah dicap sebagai partainya (antek-antek) PKI dan anti Islam
Umat Islam sudah berkali-kali disakiti PDIP, dan telah bertekad untuk menenggelamkan PDIP di Pemilu 2024 karena langkah PDIP yang selalu memusuhi Islam dan umat Islam. Bahkan Megawati telah sesumbar bahwa PDIP tidak butuh suara umat Islam.
Kita akan sama-sama menyaksikan “wajah” PDIP di Pemilu 2024.
Saatnya kemenangan berpihak kepada kebenaran.
Bandung, 25 Muharram 1445