Oleh: Memet Hakim (Pengamat Sosial)
Dari beberapa diskusi ada pandangan bahwa memang Jokowi terlalu powerfull sehingga semua partai dipaksa tunduk pada kemauannya. Bahkan ke partai Pdip saja yang menugaskan Jokowi sebagai Presiden, terlihat ada “upaya pembangkangan”. Ini jelas terlihat dari bahasa tubuh dan pidato Megawati jika bertemu dengan Jokowi. Beberapa kebijakan Jokowi tidak selaras dengan partainya
Partai pendukung lainnya dibuat tidak berdaya dan tidak bebas, semua langkah partai disandera. Itulah sebabnya banyak suara miring, sehingga Ketua Partai lari-lari cari selamat, tapi tidak mau kehilangan rejeki. Partai ini tidak dapat bergerak, sudah digembok. Tidak salah jika arus bawah di partai pendukung Jokowi ini ingin lepas, tinggal keberanian para Ketuanya saja. Jadi sebenarnya partai pendukung ini ingin lepas dari jeratan Jokowi, tapi takut. Jadi jika Jokowi dimakdzulkan mereka akan senang sekali.
Sudah barang tentu bagi partai yang tergabung di Koalisi Perubahan, ini sangat menguntungkan. Upaya kecurangan dan penjegalan hilang seketika. Relawan tidak perlu “berperang” lagi dengan para buzzer istana.
Untuk kasus pemakzulan Jokowi, semua partai dapat bersatu, cebong, kampret dan kadrun juga akan bersatu. Ini memang di luar perkiraan.
“Persaingan sehat” akan terjadi manakala memilih presiden baru, tapi suasananya sudah berbeda. Pemilu tanpa Jokowi akan netral, jauh lebih baik.
Bagaimana dengan MK, tentu bisa diabaikan dalam proses Sidang Istimewa ini karena 2 hal. Pertama, Ketua MK adalah adik ipar Jokowi, artinya MK sudah tidak netral. Kedua seluruh Hakim MK sedang menghadapi masalah hukum, sehingga tentu akan melanggar etika jika MK bersidang dan keputusannyanya tentu tidak sah.
Kedua hal ini membuat MK tidak layak digunakan saat ini untuk ikut menentukan adanya Sudang Istimewa MPR. Cukuplah DPR usul dan MPR dapat bersidang.
Sepertinya rakyat sudah menunggu Sidang Istimewa ini, kita lihat partai mana yang akan ambil inisiatif
Bandung, 30 Juli, 2023