by Faizal Assegaf (kritikus)
Keliru bila menuding Front Persaudaraan Islam (FPI) hanya mengandalkan konsolidasi gerakan massa. Justru di organinasi tersebut, tradisi mengaji dan kajian isu-isu strategis intensif dilakukan.
Pendekatan organisatoris FPI yang bersifat terbuka, memberi ruang bagi cendikiawan, ustad, ulama dan santri saling bersinergi. Dengan modal itu, gerakan FPI terbukti tangguh dan tidak bisa diredupkan.
Menyimak reaksi positif yang muncul di ruang publik, kian mengakui FPI bukan ormas kaleng-kaleng. Organisasi berciri Islam yang dirintis Habib Rizieq Syihab (HRS) tersebut, diyakini dapat tampil sebagai lokomotif gerakan perubahan.
Maklum, selama dua dekade FPI telah teruji tahan-banting di arus besar pertarungan politik nasional. Hal itu tidak lepas dari sikap istiqomah HRS dan jutaan simpatisannya memperjuangkan prinsip amar ma’ruf nahi mungkar.
Terlebih pada era rezim Jokowi, meskipun berada dalam tekanan kekuasaan yang sangat agresif, namun kiprah FPI justru kian berakar di masyarakat. Hal itu terlihat dari berbagai aktivitas gerakan sosial yang terus dilakukan secara konsisten.
Menariknya, belakangan ini beredar kabar bahwa HRS dan para tokoh FPI, mulai merintis pusat kajian strategis. Tujuannya untuk memperluas partisipasi kaum intelektual dan aktivis pro perubahan.
Ini kabar menarik, muncul di tengah situasi yang makin krusial jelang Pilpres 2024. Kehadiran pusat kajian tersebut dapat berperan memetakan problem nasional secara konstruktif dan visioner.
Dan tentunya, tidak sulit bagi HRS untuk menggalang solidaritas dan partisipasi intelektual Islam bergabung secara serius di wadah FPI. Hal itu yang sangat dinantikan oleh berbagai kalangan.
Wadah kajian strategis itu tentu tidak hanya soal Pilpres. Namun berbagai problem serius lainnya perlu dicermati dan direspon secara matang oleh FPI. Agar tidak terjebak permainan kotor misionaris politik.
Berkaca dari aneka pengkhianatan elite penguasa dari Pilpres ke pilpres, maka jelang momentum 2024, umat sangat berharap FPI lebih jeli dan waspada. Yakni kemampuan membaca dinamika secara utuh.
Mengingat, suka atau tidak, FPI telah memiliki jejaring dan modal sosial yang sangat besar. Bila potensi yang tersedia dikelolah secara efektif, maka upaya konsolidasi penyatuan umat dapat diwujudkan.
HRS dan jutaan simpatisan FPI telah berada di jantung pertarungan politik yang sangat strategis. Saatnya bangkit dan rebut setiap momentum untuk memperjuangkan aspirasi seluruh rakyat.
Hidup FPI, Allahu Akbar!