Akhirnya Megawati Takluk pada Jokowi

Oleh: Memet Hakim (Pengamat Sosial, Ketua Wanhat APIB)

Radar Aktual, 14,05. 2023 menulis : Inilah Pertanda Lonceng Kematian Trah Soekarno di PDIP. Gertak sambal koalisi besar sukses besar. Wacana koalisi besar benar-benar hanya wacana. Manuver besar melalui wacana koalisi besar menelikung Megawati Soekarnoputri berhasil. PDIP mencalonkan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden. Itu misi besar dari wacana koalisi besar.

Maklum, kabarnya Megawati Soekarnoputri masih keukeuh mencalonkan Puan Maharani di Pilpres 2024. Bagai petir disiang bolong. Rumornya dengan bumbu-bumbu drama di “KLB” kan bila tidak mengikuti “perintah” ditambah “ditakut-takuti” dengan pencapresan Prabowo Subianto oleh koalisi besar. Kabarnya MSP “takluk”.

Dua elit dan “petugas partai” konon menemui MSP dua hari jelang pengumuman Ganjar Pranowo sebagai petugas partai untuk mengemban posisi calon presiden dari PDIP, 21 April 2023 yang lalu. Pupus sudah harapan Puan Maharani maju di Pilpres 2024.

Memang akhirnya Megawati mengakui kehebatan manuver Jokowi, dan menerima GP sebagai calon Presiden dari PDIP yang semula ditolaknya. Banyak pihak ini merupakan kekalahan Megawati oleh Petugas Partainya.

Mega gagal mengusung Puan yang Ketua DPR. Sangat disayangkan reputasi Puan sewaktu menjadi Ketua DPR sangat buruk, tidak pernah belajar bagaimana berdemokrasi dengan baik, mengambil hati para anggota dewan dari berbagai partai. Puan tidak tau bagaimana caranya mengambil hati rakyat. Sikap adalah cerminan dari hati, jika hatinya buruk ya tentu sikapnya juga buruk dan sebaliknya. Tentu masih ada kesempatan buat Puan jika mau belajar membersihkan hati diperiode yad. Juga belajar sebagai muslimah yang benar bukan musiman.

Mega memang realistis, walau sering nyinyir terhadap yang tidak disukainya termasuk nyinyir pada Jokowi dan Ganjar. Mega terpaksa melepas Puan untuk diganti dengan Ganjar yang tidak disukainya dan menerima Ganjar sebagai capres yang diusung PDIP.

Dari kacamata sosial, ini diartikan Jokowi menang, Megawati dikalahkan. Pedih tapi realistis, ini kelebihan Megawati dalam menghadapi kekalahan ini. Mega rupanya tidak berhitung, apalagi Puan, siapa yg berada dibalik Jokowi, sehingga dapat mengalahkan Mega.

Di sekitar Mega banyak orang pinter dan ahli strategi, hanya seorang sahabat sejati yang berani menyampaikan berita atau analisis buruk, penulis tidak tau apakah Mega punya sahabat sejati seperti ini di sekitarnya. Sejak awal seharusnya ada yg mengawal Puan agar tetap berperilaku manis dan berpihak pada rakyat jika ingin jadi pemimpin negeri ini, tapi bukan pencitraan seperti yg sering dilakukannya.

Mega juga terlihat sering kehilangan kontrol pada anggota pdip yg menjadi anggota DPR dan Petugas Partai. Seandainya GP menang dan jadi presiden, hakekatnya ini bukan kemenangan Mega tetapi merupakan kemenangan Jokowi dan para taipan. Seandainya GP kalah, ini merupakan kekalahan Mega. Memang pahit, seperti buah simalakama. Apa boleh buat.

Di Musyawarah Rakyat (Musra) 14.05.2023 yang digelar relawan Jokowi, Presiden tak mengarahkan untuk mendukung Ganjar Pranowo. Secara implisit, Jokowi justru mendorong Prabowo Subianto, seolah menantang Mega. Ini gak main2, sepertinya ingin mempermalukan Mega. Kader senior PDIP Beathor Suryadi mendesak Megawati cabut mandat petugas partai bagi Jokowi. Jika ini terjadi, maka dampaknya lumayan serius. (Bang Edy Channel, 15.05.2023).

Kedepan kelemahan Mega dan Puan sebagai trah Soekarno barangkali bisa diperbaiki, masih ada waktu. Saatnya konsisten membela rakyat kecil, jangan mencoba lagi menyepelekan agama Islam, belajar berdemokrasi yang baik di DPR, tidak perlu juga pencitraan seperti politikus lainnya. Tolak juga UU yang merugikan rakyat.

Untuk jadi presiden, perlu dukungan seluruh elemem bangsa, bukan segelintir kelompok saja. Bertindak biasa saja, tulus, sering bersama rakyat itu sudah merupakan modal yg kuat.

Bandung, 16 Mei, 2023

 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News