Jokowi Bisa Jatuh Terpelanting

Oleh: Sutoyo Abadi (Koordinator Kajian Politik Merah Putih)

Menghdapi keadaan sesulit apapun tidak boleh melemah dan mundur. Jangan terlalu suram memandang segalanya : langkah mundur pertama memberi kesan yang buruk, langkah mundur kedua berbahaya, langkah mundur ketiga menjadi fatal ( Frederick yang Agung 1712-1786 )

Mengatur tindakan melalui nalar dan pemikiran, sekalipun sering mendikte perilaku adalah emosi. Menghadapi semua tantangan bukan semata dengan pengetahuan atau daya intelektual. Yang akan menjadi kita lebih kuat adalah kemampuan mengendalikan emosi dengan disiplinnya dan ketangguhan.

Kepala harus tetap dingin saat menerima kesan tepat tentang segalanya. Jangan membiarkan dirinya silau atau mabuk akibat kabar baik atau buruk.

Ketakutan adalah emosi yang paling merusak bagi kehadiran pikiran, sering ketakutan merajalela pada apa yang belum di ketahui, berubah menjadi imajinasi liar. Tetapi ketika kita siap menghadapi ketakutan kekuatan alan berubah menjadi ganas.

Hadirnya keyakinan dan kekuatan bisa terjadi karena seringnya menghadapi konflik dalam situasi sulit bisa di laluinya, akan semakin teruji kekuatannya.

Kekuatan yang hebat juga bisa hadir karena dari pikiran dan sikapnya yang mandiri tidak tergantung pada orang lain. Selalu tergantung dengan orang lain awal datangnya rasa dihianati, kecewa, frustasi dan kekacauan keseimbangan mentalnya.

Kita terlalu sering melebih lebihkan kemampuan orang lain. Mereka seolah olah tahu benar apa yang sedang mereka lakukan, dan kita meremehkan kemampuan dirinya sendiri.

Kita menyadari tidak mungkin berada dimana-mana untuk melawan semuanya. Kita mesti menjaga diri dari kelelahan pikiran, jangan kerjasama dengan orang bodoh, dan harus tetap ceria, hilangkan semua kecemasan. Jangan pernah bilang lawan sulit sulit dilawan. Apalagi lawan kita sebuah kezaliman.

Kekuatan sangat besar adalah sikap tidak mengenal takut, tidak boleh ada krisis pemikiran , selalu siap menghadapi lawan yang akan datang kapan dan dari manapun akan datang.

_”Sebagian besar keberanian karena pernah melakukan. Disini akan membedakan politisi dan pejuang teori dan pejuang alami yang selalu berada di lini kenyataan selalu menghadapi konflik dan bisa keluar sebagai pemenang__.

Melihat gelagat permainan politik Jokowi, dia sudah berada diambang mental yang sudah goyah. Semua kita sudah bisa meraba ada kekacauan pikiran dan kebimbangan yang sangat dahsyat menghadapi resiko politik yang semakin tidak bisa diprediksi.

Semua fariabel pendukung kejatuhan sangat terasa dan bisa datang setiap waktu sebelum berakhir masa jabatannya. Situasinya pikiran sudah kacau, urusan negara mulai ditinggalkan selain berpikir menyelamatkan diri dengan terlibat menyiapkan capresnya datang yang bisa melindunginya.

Dan terus terlibat dalam urusan ecek ecek semacam Musra, galang kekuatan untuk mempertahankan kekuasaan dan keamanan dirinya. Makin jauh terlibat masalah sepele daripada mengurus negara itu pertanda krisi kekuatan mental dan pikirannya makin melemah dan berantakan.

Jangan pernah berpikir seolah olah dia tahu segalanya dengan gambaran mental masih memilki dan masih bisa mengendalikan kekuatan.

Keadaan sedang berpacu dengan waktu, tidak hati jari bisa terjadi jatuh terpelanting lebih cepat. Semua pejuang perubahan jangan ada kebimbangan, keraguan dan ketakutan apapun karena ketakutan dari imajinasi pikirannya sendiri.

 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News