Pembukaan Musyawarah Wilayah (Musywil) Muhammadiyah Jawa Barat (Jawa Barat) di Stadion Ranggajati Cirebon (25/2/2023) menampilkan Tari Sintren yang atraksinya dengan Kurungan Bidadari ada nuansa kemusyrikan.
“Kemanakah Muhammadiyah dengan mentolerir kearifan lokal yang penuh mistik dan klenik (tahayul – khurafat) yang jelas-jelas kita basmi sejak KH Ahmad Dahlan mendirikan Persyarikatan (1912) dengan istilah “basmi TBC (Taklid, Bidah dan Churofat) kok Pembukaan Musywil Muhammadiyah Jawa Barat malah menghidupkannya sesuatu yang sangat bertentangan dengan Idiologi Muhammadiyah,” kata Sekretaris PDM Kota Bogor Dr. H.M. Fauzi Sutopo dalam pernyataan kepada redaksi www.suaranasional.com, Senin (27/2/2023).
Dalam pembukaan Musywil Muhammadiyah Jabar itu, kata Fauzi, para penyinden mengarahkan seorang bidadari yang tidak berjilbab dalam kurungan dengan didampingi 3 orang (“lakon pawang”).
“Bagaimana “bidadari” dilakon sedemikian rupa dengan irama (penyanyi) sinden sebagai nyanyian irama khas “penuh mistik” sambil diiringi tarian dua penari “berlenggang legok,” jelas Fauzi.
Fauzi mempertanyakan pihak panitia pembukaan Musywil Muhammadiyah Jabar yang bisa meloloskan acara yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai Tauhid.
“Mengapa panitia tidak menyortir acara yang “penuh mistis” bisa jadi hipnotis bahkan bantuan jin sampai akhirnya sihir. Mungkinkah acara “TBC” semacam “model tradisi tari sinden: bidadari dalam kurungan” yang menimbulkan multi interpretasi bisa diakomidir oleh panitia ataukah tidak ada gladi resik untuk tari sinden dimaksud untuk itu kami memohon agar ada penjelasan dari Panitia PWM dan/atau Panitia Lokal,” jelas Fauzi.
Kata Fauzi, dalam pembukaan Musywil Muhamamdiyah Jabar penari Rampak Gendang menggunakan busana yang transparan dan sangat jauuh dari Islami.
“Ada lagi Tari Rampak Gendang yang menampilkan mahasiswi STKIP Kuningan yang juga tidak Islamis karena menggunakan baju yang transparan sehingga “nampak alias katon kelek” bahkan yang ekstrimnya adalah “nampak/katon leher” dari para penari gadis yang disebut sebagai “mahasiswi STKIP Muhammadiyah Kuningan” yang bisa jadi juga mengundang banyak kontroversial di kalangan Persyarikatan,” paparnya.