Setelah Gerindra gagal men-dowmgrade Anies dengan mengkasuskan perjanjian Anies-Prabowo di Pilgub 2017 untuk Pilpres 2019, langkah Prabowo untuk menarik simpati masyarakat semakin berat.
Sekalipun Jokowi katakan bahwa Prabowo dan Gerindra berpotensi untuk menang di Pilpres 2024, lerbagai-lembaga survei juga banyak yang mengunggulkan Prabowo, apalagi JokMan (Jokowi Mania) sekarang sudah mendukung Prabowo, tapi itu belum cukup untuk menaikkan elektabilitas Prabowo.
Seberapa besarkah peluang Prabowo di Pilpres 2024 ? Mari kita analisa.
Sangat salut untuk Prabowo yang terus istiqamah mencalonkan diri sebagai Capres/cawapres. Jika tahun 2024 Prabowo mencalonkan lagi, berarti ini pencalonannya yang ke-4. Sebagai salah seorang pengusaha sukses, kita percaya soal pendanaan untuk pilpres bagi Prabowo tidak ada masalah.
Saya yakin dengan komitmen Prabowo yang selalu ingin mengabdi kepada negara. Dan tujuan utama Prabowo nyapres/cawapres karena tujuan yang mulia itu.
Kenapa Prabowo selalu kalah ? Para pengamat mengatakan bahwa pada Pemilu tahun 2014, terutamanya tahun 2019 sebenarnya Prabowo dicurangi oleh pihak KPU dan MK, di mana mereka mendapat perintah dari para oligarki taipan. Para oligarki ini telah membeli seluruh pejabat KPU dan MK, sehingga Pemilu 2014 dan 2019 hanya sebuah sandiwara saja.
Di Pemilu 2019 jelas sekali kalau yang menang itu Prabowo-Sandi. Ada banyak bukti termasuk berbagai kejanggalan yang terjadi. Hal itu dikuatkan dengan terbongkarnya kasus Ferdy Sambo yang mengungkap siapa yang telah mendanai “kecurangan” itu dan drama terbunuhnya 894 petugas KPPS secara misterius tanpa autopsi dan lebih dari 5000 petugas sakit misterius.
Dalam menghadapi “kekalahannya dan kenyataan tentang telah terjadinya manipulasi suara, Prabowo sangat bersabar dan seolah menerima kenyataan pahit itu. Walaupun sudah diupayakan pengajuan ke MK, tapi MK seperti yang sudah sama-sama rakyat ketahui lebih berpihak kepada oligarki taipan daripada kepada rakyat dan kebenaran. Akhirnya MK menolak gugatan tim Prabowo. Jokowi tetap dinyatakan sebagai Presiden RI Ke-7.
Walaupun Prabowo tahu telah dizhalimi rezim Jokowi, tapi Prabowo berusaha untuk melupakan tindak kezhaliman itu. Sedangkan para pendukung Prabowo tidak sepaham dengan Prabowo dan tidak menerima tindakan rezim yang bermain curang. Para pendukung menginginkan Prabowo tetap konsisten dengan janjinya untuk timbul dan tenggelam bersama rakyat dan tetap berada di luar Pemerintahan.
Maka semenjak kejadian inilah Prabowo telah memutuskan jalan yang berseberangan dengan para pendukungnya. Prabowo memutuskan bergabung dengan rezim Jokowi, yang pasti Prabowo punya pertimbangan sendiri. Tapi apa pun pertimbangan Prabowo, dengan mau bergabung dengan rezim “zhalim” Jokowi bagi pendukungnya yang telah berjuang all out dianggap sebagai sebuah “pengkhianatan”
Sekarang Prabowo sudah kehilangan sebagian besar pendukungnya. Jika tahun 2019 katanya Prabowo didukung oleh lebih 50 juta pendukung, maka saat ini pendukung Prabowo tidak lebih dari 10 juta, yang tersebar meliputi ; kader dan anggota Gerindra, peralihan pendukung Jokowi, sebagian dari Purnawirawan TNI-POLRI, dan sebagian pemilih pemula
Entah telah menyadari atau belum terhadap hilangnya pendukungnya, Prabowo merasa yakin bisa memenangkan kontestasi di pilpres 2024. Walaupun sejatinya para elit Gerindra sangat tidak yakin kalau Prabowo menang jika berhadapan dengan Anies. Apalagi media yang terus meliput kunjungan Anies ke berbagai daerah yang tidak pernah tidak pasti disambut dengan gegap gempita. Maka para elit Gerindra mencoba membongkar apa yang mereka anggap “cacat” Anies, yaitu berupa perjanjian Anies-Prabowo dan hutang-piutang Anies-Sandi. Namun belakangan setelah ada klarifikasi dari tim Anies dan dari Anies sendiri, pengungkapan kasus itu malah jadi blunder menepuk muka sendiri, sedangkan elektabilitas Anies malah makin melejit.
Prabowo akan terus kalah Pamor dan kalah strategi dengan Anies. Jadi ketika berhadapan dengan Anies, strategi politik Prabowo terlihat out of date (ketinggalan zaman). Anies justru yang selalu tampak up date dalam setiap manuvernya.
Semoga Prabowo tetap selalu jadi ksatria yang menjunjung tinggi kebenaran, kejujuran, dan sportivitas. Menang dan kalah hanya ujian Allah, tetapi menempuh jalan dengan cara yang jujur (tidak curang) adalah ciri seorang yang ksatria.
Bandung, 4 Sya’ban 1444
Sholihin MS