Oleh: Bin Subiyanto M
Kita kembali mengingat rumusan perspektif Pancasila tentang Indonesia dalam sistem kebangsaan dan kenegaraan kita. Kita sebetulnya memiliki kesepakatan persepsi bahwa secara implisit AGAMA di Indonesia ditempatkan di atas sistem-sistem yang lain yaitu sistem IPOLEKSOSBUDHANKAM (ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan).
Karena perumus- tersebut menyadari bahwa dalam tinjauan Ilmu Filsafat – Agama adalah Dimensi Transendental yang esensialitasnya mengkover seluruh kehidupan semesta dunia hingga akhirat. Sedemikian rupa sehingga tidak diperkenankan ada intervensi terhadap sistem agama.
Jadi agama lazimnya menjadi pengarah, pencerah makrosistem IPOLEKSOSBUDHANKAM tersebut atau dengan kata lain, AGAMA berkekuatan permanen, meskipun – NKRI BUKAN negara agama. Sedangkan IPOLEKSOSBUD HANKAM, bersifat dinamis. Tidak mustahil mengalami perkembangan.
Begitulah, maka sistem budaya, sosial, ekonomi, bahkan sistem ideologi, serta hankam dan lebih khusus sistem politik cepat berkembang.
Oleh karenanya, banyak pakar, pengamat dan politisi sering banget mengucapkan: POLITIK ITU DINAMIS, jadi jangan heran bila ada perubahan-perubahan dalam perjalanan sosialnya. Kendatipun Politik itu dinamis.
namun, setiap individu selalu berpijak pada etika perubahan politik yang berstandar pada inti ideologinya atau substansialnya.
Dalam konteks substansi ideologis, akan dengan mudah dapat kita tahu, visi dan siapa dia, mereka, masyarakat ataupun parpol dan alirannya.
Dan ekstrimnya di kemudian hari akan mengerucut masing-masing kecenderungan tersebut yang lazimnya dalam sosiologi kita sebut polarisasi.
Jadi polarisasi— di mata saya adalah konsekuensi logis dari sebuah dinamika bangsa. Polarisasi tidak perlu ditakutkan tapi juga tidak usah diada-adakan.
Itulah dinamika bangsa yang justru positif. Bahkan- dalam pandangan etika sosial justru menunjukkan gerakan moral dan kejujuran serta keberanian.
Bukankah filosofi Kita sebagai bangsa Merdeka itu adalah CHARACTER BUILDING, membangun karakter bangsa.
Perubahan watak harus kita kuatkan kembali kita galakkan.
Dari bangsa bermental terjajah menjadi bangsa yg merdeka.
Berani melakukan perubahan. Berani menunjukkan perbedaan dalam bingkai NKRI dan Ideologi Pancasila.(1) .
Salam : Bin Subiyanto.M
ex Filsagama.