Lieus Sungkharisma Kecam Perlakuan Tidak Adil saat Pendaftaran Bakal Calon Ketum PSSI

Perbedaan perlakuan dalam proses penerimaan pendaftaran dan dukungan untuk Bakal Calon Ketum PSSI periode 2023-2027 yang dilakukan oleh Kesekretariatan PSSI mengundang reaksi keras tidak saja dari pengurus klub sepakbola, tapi juga dari sejumlah pihak yang perihatin dengan nasib sepakbola nasional.

Seperti diketahui, perbedaan itu terlihat menyolok saat Menteri BUMN, Erick Thohir dan Ketua DPD RI LaNyalla Mattalitti mendaftarkan diri maju sebagai Ketum PSSI 2023-2027 di GBK Arena, Jakarta. Rombongan Erick Thohir itu diterima oleh Kesekretariatan PSSI di sebuah ruang rapat yang bagus. Namun Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti diterima hanya di meja resepsionis di depan lorong lift yang sempit.

Menanggapi perlakuan sekretariat PSSI yang diskriminatif dan sangat “merendahkan” Ketua DPD RI itu, aktivis Tionghoa yang juga penyuka sepakbola mengecam keras perlakukan diskriminatif itu menilai hal tersebut sebagai bukti bahwa PSSI mulai dirasuki oleh kepentingan politik dan kekuasaan.

“Apapun alasannya dan siapapun yang memerintahkan perbedaan perlakukan saat pendaftaran bakal calon ketua umum PSSI itu, jelas tujuannya tidak baik. Ini sekaligus menunjukkan bahwa KLB PSSI Februari nanti sudah disusupi oleh agenda-agenda kekuasaan yang tidak ada hubungannya dengan sepakbola,” ujar Lieus.

Seharusnya, kata Lieus, pengurus PSSI dan panitia KLB harus bersikap adil dan profesional dengan melepaskan semua kepentingan apalagi tekanan politik dari pihak-pihak tertentu. “PSSI itu milik klub. Bukan milik orang perorang. Sepakbola itu olahraga semua rakyat. Jadi jangan korbankan PSSI hanya karena pengurus atau panitia KLB punya agenda atau kepentingan lain di luar sepakbola itu sendiri,” tegas Lieus.

Lieus sendiri mengetahui bahwa selain menjabat Ketua DPD RI, LaNyalla bukanlah sosok baru di dunia sepakbola Indonesia. Ketua DPD RI itu bahkan pernah menjadi anggota Exco PSSI 2011-2015 dan ketua umum Komite Penyelamat Sepak bola Indonesia (KPSI). Mantan Ketua Umum Kadin Jawa Timur itu terpilih menjadi Ketua Umum PSSI melalui Kongres Luar Biasa/KLB (Extra Ordinary Congress) yang diprakarsai Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI), Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, Minggu 18 Maret 2011.

“Dia kemudian menjabat Wakil Ketua Umum PSSI periode 2013-2015. Pada periode tersebut, LaNyalla juga menjabat sebagai Ketua Badan Tim Nasional (BTN) Sepak Bola Indonesia. Saat menjabat Ketua BTN Sepakbola Indonesia, pria kelahiran Jakarta dan besar di Surabaya itu sukses membawa Timnas U-19 menjuarai Piala AFF U-19 2013. Saat itu, pelatih Timnas Indonesia U-19 adalah Indra Sjafri,” kata Lieus.

Prestasi itulah, tambah Lieus, yang kemudian membawa LaNyalla menjabat Ketua Umum PSSI dari tahun 2015 hingga 2016. LaNyalla menjabat kursi tertinggi di PSSI itu usai terpilih lewat Kongres Luar Biasa PSSI yang diadakan di Surabaya.

Dengan prestasi yang pernah dicapainya bersama PSSI itu, kata Lieus, adalah musykil untuk membandingkan LaNyalla dengan Erick Tohir. “Setahu saya Erick Tohir gak pernah ngurusi sepakbola. Bagaimana mau membandingkannya dengan LaNyalla? Ngurusin BUMN aja banyak perusahaan BUMN yang merugi kok,” tegas Lieus.

Lagian, jelas Lieus, bagaimana mungkin mengurus PSSI dirangkap oleh menteri negara yang urusannya saja sudah sangat banyak? “PSSI itu bukan organisasi tingkat RT yang bisa disambi-sambi. Walau tidak ada aturan yang melarang, Ketua PSSI itu tidak bisa dirangkap-rangkap. PSSI sangat membutuhkan orang yang total dan paham sepakbola. Bukan sekedar punya banyak uang,” tegas Lieus. (*)

 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News