Para calon presiden (capres) merasa senang menjadi boneka Joko Widodo (Jokowi). Setiap pertemuan dengan para petinggi partai politik mantan Wali Kota Solo itu selalu memberikan dukungan yang berbeda-beda ke setiap capres.
“Para boneka merasa bahagia didukung Jokowi lalu bersandar habis. Lupa bahwa bersandar pada sesuatu yang rapuh itu berisiko yakni jika sandarannya runtuh, maka ia pun ikut jatuh,” kata pemerhati politik dan kebangsaan M Rizal Fadhillah kepada redaksi www.suaranasional.com, Ahad (15/1/2023).
Kata Rizal, mainan Jokowi terbaru adalah Yusril Ihza Mahendra. Betapa tersanjungnya atas “dukungan serius” yang sesungguhnya “palsu” akibat syarat disuruh cari partai PT 20 %. Tidak mudah untuk PBB yang non-parlemen. Yusril calon korban tipu mentah-mentah. Gede rasa dan kepala akan kemampuan jika menjadi Presiden.
Setelah didukung Jokowi ia menyatakan “Saya tahu apa yang bisa dikerjakan jika menjadi Presiden” sambil menyoroti kebanyakan orang yang hendak menjadi Presiden tidak tahu apa yang akan dikerjakan. Bermodal pernah menjadi penulis pidato dan latar belakang akademis yang mumpuni, Yusril sesumbar.
Menurut Rizal, Jokowi rupanya sedang mencari teman untuk bersama-sama hancur dengan berupaya memerankan diri sebagai “king maker”. “Menjadi penentu. Tetapi disadari atau tidak nasib sebenarnya sedang menuju sekarat menghadapi ajal kekuasaan,” jelasnya.
Menarik ucapan Ketum PDIP Megawati bahwa status kepresidenan Jokowi ditentukan oleh PDIP “Pak Jokowi itu ya ngono loh, mentang-mentang. Lah iya padahal Pak Jokowi kalau ga ada PDI Perjuangan juga duh kasihan dah”, seru Megawati yang mengklaim cantik dan kharismatik.
“Meski dikasihani tapi Pak Jokowi masih mencoba menunjukkan eksistensi dan kejumawaannya. Untuk perpanjangan periode tetap menjadi opsi melalui disain dukungan relawan. Pemulihan ekonomi pasca covid 19 dan gonjang-ganjing atau demoralisasi KPU dapat menjadi alasan,” pungkasnya.