Proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur terancam gagal dan mangkrak.
“Proyek IKN diprediksi mangkrak bahkan berpeluang gagal, karena biaya akan terus membengkak di saat pertumbuhan ekonomi stagnan,” kata pemerhati politik dan kebangsaan Rizal Fadillah kepada redaksi www.suaranasional.com, Senen (24/10/2024)
Kata Rizal, Diprediksi awal anggaran proyek Rp 490 triliun akan terus membengkak menjadi Rp 1.470 triliun. Menyedot dana APBN akibat swasta yang “wait and see”. Ketika prioritas awal pembangunan adalah gedung-gedung pemerintahan maka swasta tidak begitu tertarik. Jokowi mimpi punya istana baru.
“Demikian juga dengan dukungan rakyat yang minim karena dinilai bukan proyek penting bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. IKN Nusantara lebih pada urgensi Presiden dan oligarkinya. Proyek apapun tanpa dukungan rakyat dipastikan ambyar. Kereta Cepat dan pembangunan Bandara Kertajati adalah contoh. Belum lagi persoalan memindahkan ASN dan kondisi geografis IKN yang berada di area tambang rawan bencana,” jelasnya.
Menurut Rizal HGB 160 tahun di IKN adalah wujud dari kepanikan dan frustrasi. Awal dari kegagalan proyek yang tidak jelas.
“Darimana angka 160 tahun itu muncul ? Jangan jangan nasehat dukun. IKN ditengarai berada di ruang mistik dan klenik. Kendi air dan kumpulan tanah Kepala Daerah,” paparnya.
IKN tidak membawa berkah hanya membuat negara tambah parah.
Proyek rudapaksa dari penguasa yang merengek ingin segera punya istana.
Mana investor Saudi Arabia dan Uni Emirat Arab ? Apa guna membawa Tony Blair jika investor Eropa geleng-geleng kepala. Softbank Group Corp sudah hengkang lebih dulu. Para investor tahu bahwa proyek IKN tidak rasional dan miskin dukungan rakyat.
“Presiden Jokowi banyak dihujat karena programnya omong doang dan mau-maunya sendiri. Tidak smart. Jokowi panik ketika masa jabatannya terus bergerak memendek,” pungkasnya.