Oleh: Sutoyo Abadi (Koordinator Kajian Politik Merah Putih)
“Kalau negara sudah menjadi anarchis – semua harus di babad dulu .. ganti yang baru (Plato)”
Pakar ekonomi, Anthony Budiawan, di benarkan oleh semua pengamat dan analis ekonomi sebut subsidi untuk BBM hanya sebesar 11 triliun rupiah. Itu kebohongan Jokowi yang ngaku subsidi BBM yang dikeluarkan pemerintah untuk rakyat sampai Rp 502 triliun.
Angka 502 triliun tidak ditemukan dalam UU APBN. Jadi Jokowi menjelang menaikan BBM hanya ngarang ngarang angka , agar nampak logis dan menganggap semua rakyat buta huruf, atau menganggap rakyat sudah tak berdaya, menyerah total kepada penguasa
Rekayasa akal bulus berlanjut ketika memberikan informasi kebijakannya bahwa subsidi BBM akan dialihkan ke Bantuan Langsung Tunai ( BLT ). Logika ekonomi paling mutahir di dunia . Menyerat rakyat akan mengalami kesulitan ekonomi yang akan menyentuh semua lapisan masyarakat di gempur dengan rekayasa *Bantuan Langsung Tumbang.
Angka BLT 150 ribu / bulan selama 4 bulan dianggap akan menolong ekonomi masyarakat. Kedunguan dan kebohongan ini luar biasa nyaris sempurna. Masih juga membela diri bahwa bantuan tersebut telah tepat sasaran .
Solusi cerdas muncul dari Prof Din Syamsuddin mengatakan : “Sebenarnya kalau Pemerintah bersimpati dan peduli terhadap rakyat, Pemerintah dapat menempuh cara-cara cerdas, seperti dengan menghentikan pembangunan infrastruktur yang memakan biaya tinggi tapi akhirnya banyak yang terbengkalai”
“Bahkan kalau Presiden arif-bijaksana dia dapat menahan ambisi utopisnya untuk membangun ibu kota baru yang memerlukan dana besar. Juga, krisis yang dihadapi bangsa dan negara terakhir ini harus dapat diatasi dengan membasmi korupsi secara serius,” ujarnya”
Itu semua adalah bentuk kezaliman yang nyata, “Terlebih kenaikan ini dilakukan di tengah negara lain menurunkan harga BBM” .
Di sisi lain, upah buruh tidak naik dalam 3 tahun terakhir. Bahkan Menteri Ketenagakerjaan sudah mengumumkan jika Pemerintah dalam menghitung kenaikan UMK 2023 kembali menggunakan PP 36/2021. “Dengan kata lain, diduga tahun depan upah buruh tidak akan naik lagi.
Angka ekonomi dengan kenaikan BBM tersebut akan menurunkan daya beli yang sekarang ini sudah turun 30%. Dengan BBM naik, maka daya beli akan turun lagi menjadi 50%. “Penyebab turunnya daya beli adalah peningkatan angka inflansi menjadi 6.5% hingga – 8%, sehingga harga kebutuhan pokok akan meroket.
Semua ini terjadi akibat Jokowi sudah tidak mampu lagi berpikir mandiri dan sudah di kepung kartel dan pemburu rente , ujungnya full dalan kendali Oligargi. sebuah kekuatan yang sudah sangat kuat menyandera, mengelilingi, mengendalikan, meremot Presiden dalam setiap ambil kebijakan.
Presiden benar benar kesurupan karena soal rakyat makin susah sudah diluar ingatanya. Kondisi seperti ini menjadi sinyal bahwa kejatuhan Jokowi sudah dekat.
Prof Dien Syamsudin kembali mengingatkan : “Doa kaum yang dizalimi tak berjarak dengan Allah SWT. Doakan kebenaran akan tiba dan kebatilan akan sirna. Doakan keadilan akan datang dan kezaliman akan tumbang”
Gelombang demo akan muncul hampir di seluruh daerah embrio people power atau Revolusi akan terjadi. Peluang Jokowi untuk bertahan di Istana makin menipis karena sudah kehilangan kepercayaan rakyat. Tumbang /kejatuhan Jokowi sudah sangat dekat .
“Menghadapinya kondisi seperti ini Jangan Naif : “terhadap kekuasaan yang telah berubah menjadi tirani dan otoriter tidak boleh ada kompromi dan tidak boleh ada jalan tengah”