Oleh: Tarmidzi Yusuf (Pegiat Dakwah dan Sosial)
Terus terang setiap kali lewat Rest Area KM 50 selalu menitikkan air mata. Kini rest area itu sudah rata dengan tanah. Dipasang beton pembatas jalan. Tetap kita tidak bisa melupakannya. Sedih dan marah. Tapi apa daya tidak punya “tangan”. Kadang bermimpi jadi presiden. Barulah itu bisa terungkap. Sayangnya cuma mimpi doang.
Benang kusut peristiwa pembunuhan dan pembantaian 6 (enam) Laskar FPI sedikit demi sedikit mulai menemui jalannya. Skenario Allah Ta’ala dilawan.
وَٱللَّهُ مِن وَرَآئِهِم مُّحِيطٌۢ
“Padahal Allah mengepung mereka dari belakang mereka.” [QS. al-Buruj: 20]
Jenderal dan intelijen hitam yang diduga terlibat KM 50 mulai tidak bisa tidur. Lagam polisi tembak polisi dalam peristiwa Duren Tiga mirip dengan tembak menembak di KM 50. Kita akan tunggu skenario Allah Ta’ala selanjutnya untuk mengungkap kasus ini. Tak ada yang mengira akan ada kasus Duren Tiga yang menggegerkan itu.
Rekayasa polisi tembak polisi di Duren Tiga mulai terkuak. Brigadir J ditembak atas perintah atasannya. Begitu pengakuan Brigadir E. Tidak ada tembak menembak. Jenderal bintang dua ditahan dan ditetapkan sebagai tersangka.
Kabarnya, saat jenderal tersebut akan digelandang ke tahanan Mako Brimob, suasana Bareskrim sempat mencekam. Pasukan Brimob datang dengan pakaian loreng dan bersenjata laras panjang menggunakan kendaraan taktis. Kita angkat topi atas keberanian dan sikap tegas KAPOLRI, Jenderal Listyo Sigit Prabowo (LSP).
Keberanian dan ketegasan Jenderal LSP bukan kali ini saja kita dengar. Ketika pihak tertentu akan “menteroriskan” pejuang Islam Munarman, kabarnya Jenderal LSP menolaknya. “Terorisasi” Munarman untuk menjudge FPI sebagai organisasi teroris. Sehingga kasus pembunuhan dan pembantaian KM 50 dianggap sebagai pembunuhan terhadap teroris. Kejam kali. Alhamdulillah tidak terbukti.
Inilah skenario Allah. Misteri KM 50 mulai sedikit ada titik terang. Ada dugaan keterlibatan ‘pasukan’ super body. Ada yang bilang MABES di dalam MABES. Mirip banget dengan Duren Tiga. Rekayasa tembak menembak. Masa sih laskar sipil punya senjata.
Pertanyaannya. Mengapa peristiwa Duren Tiga cepat terungkap sementara kasus pembunuhan dan pembantaian 6 (enam) Laskar FPI di KM 50 belum terungkap? Selang 1 bulan setelah kejadian pembunuhan Brigadir J. Tiga jenderal jadi tersangka dan dikirim ke tahanan Mako Brimob.
Padahal peristiwa KM 50 sama sadis dan sama kejamnya dengan pembunuhan Brigadir J. Ada kemiripan. Yang agak mengejutkan adalah dua jenderal berpelukan. Mengundang tanda tanya besar. Ada apa dibalik berpelukan, meminjam istilah M. Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan, berpelukan dua jenderal ala teletubbies. Mungkinkah pelakunya dari kesatuan yang sama? Wallahua’lam
Ada beberapa kemungkinan:
Pertama, Peristiwa Duren Tiga hanya berhenti di jenderal bintang dua. Jenderal tersebut disebut-sebut calon KAPOLRI pasca Jenderal LSP. Kasus Duren Tiga membuyarkan semuanya. KAPOLRI kontrol penuh. Plus KAPOLRI dapat ‘vitamin’ dari Presiden Jokowi. Presiden Jokowi mendesak agar kasus pembunuhan Brigadir J harus diungkap. Akhirnya jenderal tersebut mendekam di penjara Mako Brimob.
Kedua, Peristiwa KM 50 patut diduga ada keterlibatan jenderal bintang empat dan jenderal bintang dua kepolisian serta jenderal lain dari institusi yang berbeda. Saat peristiwa KM 50 terjadi, Jenderal LSP masih bintang tiga. Dugaan penulis, Jenderal LSP mengetahui siapa dalang pembunuhan dan pembantaian KM 50. Saat itu, Jenderal LSP menjabat Kabareskrim.
Ketiga, KAPOLRI Jenderal LSP kemungkinan ditekan pihak yang lebih tinggi dan lebih kuat agar tidak mengungkap peristiwa pembunuhan dan pembantaian KM 50. Bisa-bisa sel tahanan Mako Brimob Kelapa Dua dipenuhi para jenderal yang diduga terlibat dalam peristiwa KM 50 bila Jenderal LSP berani mengungkapkannya. Wait and see.
Tentu saja kita angkat topi atas keberanian KAPOLRI. Citra polisi membaik dibawah Jenderal LSP. Bahkan kita akan angkat topi rame-rame dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Jenderal LSP bila berani mengungkap dalang KM 50 walaupun taruhannya sangat mahal. Jabatan bahkan nyawa Jenderal LSP jadi taruhannya. Kasus Duren Tiga saja bisa membuat mencekam Bareskrim. Apalagi Kasus KM 50, bisa-bisa mencekam se Trunojoyo.
Jenderal LSP yang dikenal penganut Katholik taat kita doakan berani mengungkap misteri KM 50. Misteri yang menyakiti kita semua terutama umat Islam. Jenderal Katholik yang akan dikenang sebagai jenderal yang berani, penegak keadilan dan kebenaran tanpa pandang bulu.
Selamat berjuang Jenderal LSP! Rakyat dibelakang Anda untuk mengungkap misteri KM 50.
Bandung, 13 Muharram 1444/11 Agustus 2022